Oleh : Ust. Kholid Syamsudi, LC
dan sedikit mukadimah dari admin ashabul muslim
Mukadimah
Dosa dalam pengertian umum adalah suatu tindak pelanggaran terhadap aturan dan tindak pelanggaran terhadap larangan, khususnya aturan agama. Sejak manusia pertama diciptakan oleh Allah SWT, iblis dan anteknya selalu berusaha menjerumuskan manusia kedalam neraka karena dendam dan kebencian, iri serta kedengkian dan kesombongan makhluk dari api itu. Mereka memperdaya manusia dengan perbuatan-perbuatan maksiat. Oleh karena itu jika kita ingin menghindarkan diri dari api neraka salah satu faktornya adalah menghindari perbuatan dosa.
Memang sejak pertama manusia diciptakan yaitu sejak jaman nabi Adam as. sampai jaman sekarang ini tak ada satupun manusia yang suci dari dosa kecuali hanya nabi dan rasul-Nya saja karena seluruh kesalahan dan dosa-dosa mereka telah diampuni oleh Allah SWT. Karena memang tabiat manusia diciptakan adalah berbuat salah. Kita bukanlah malaikat yang tidak punya dosa sama sekali karena malaikat adalah makhluk suci yang tidak diberikan hawa nafsu. Beda dengan manusia yang diciptakan dengan hawa nafsu dan syahwat. Tabiatnya hawa nafsu adalah mengajak kepada kemaksiatan yang menimbulkan dosa. Khususnya hawa nafsu yang jelek. Akan tetapi kita diciptakan dengan hawa nafsu tidak dibiarkan begitu saja berbuat dosa karena setiap perkataan dan perbuatan ada tanggung jawabnya. Manusia selain diciptakan dengan hawa nafsu juga diciptakan dengan akal pikiran yang digunakan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang salah, mana yang memberikan keuntungan atau mana yang menimbulkan kerugian.
Hawa nafsu ibarat “sisi iblis” yang selalu mengajak kepada kejelekan sedangkan akal pikiran ibarat “sisi malaikat” yang senantiasa memperingatkan akan bahaya kejelekan dan meyuruh kepada kebaikan.
Maka tak ubahnya hewan jika manusia hanya menuruti keingingan hawa nafsunya. Karena hewan diciptakan dengan hawa nafsu dan naluri saja tidak dikaruniai akal pikiran. Oleh karena itu tabiat hewan hanya menuruti hawa nafsu dan naluri mereka dan mereka tidak mendapatkan dosa karena tidak bisa berpikir mana yang baik dengan mana yang benar. Dan bahkan dalam Qur’an dijelaskan bahwa manusia bisa lebih buruk derajatnya daripada hewan jika sudah tidak mampu lagi berpikir dan hanya menuruti tabiat biologisnya dan manusia juga bisa lebih baik derajatnya daripada malaikat jika manusia bisa mengendalikan hawa nafsunya dengan akal pikirannya dan bertakwa kepada Allah SWT semisal adalah Nabi kita Muhammad SAW dan para Nabi-Nabi yang diberi petunjuk.
Orang-orang yang tidak mau mengikuti kebenaran dan tidak mau menerima petunjuk dari Allah karena mereka lebih cenderung mengikuti hawa nafsu mereka daripada nurani mereka. Oleh karena itu Allah menyindir bahwa orang seperti itu adalah seburuk-buruk makhluk / binatang. Manusia memang dasarnya adalah binatang tapi mereka dikaruniai Allah berupa akal pikiran oleh karena disebut manusia jika mau menggunakan akalnya. Tapi mereka yang tidak mau mengikuti petunjuk walaupun secara dhohir mereka lebih secara kepandaian, kecantikan, harta dan benda, pangkat kedudukan dan sebagainya mereka adalah binatang yang paling buruk. Karena mereka hanya hidup untuk muasin perut dan syahwat. Allah Berfirman :
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (Al-Anfal ayat 22)
Yang dimaksud manusia yang pekak (buta) dan tuli telinganya adalah manusia yang paling buruk di sisi Allah ialah yang tidak mau mendengar, menuturkan dan memahami kebenaran. Tapi cenderung mengikuti hawa nafsunya yang selalu mengajak kepada kemaksiatan, kesyirikan dan kemungkaran.
Dan juga terdapat penjelasan lainnya dalam al-Qur’an bahwa neraka jahanam adalah tempat kembali bagi makhluk-makhluk yang buruk, naudzubillah. Yang mereka mempunyai mata tapi tidak untuk melihat kebaikan dan menirunya dan mereka punya telinga tapi tidak digunakan untuk mendengarkan yang baik dan melaksanakannya tapi mempunyai mulut, tangan, mata telinga hanya untuk bermaksiat kepada Allah. Allah berfirman :
“dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al-A'raf: 179)
Oleh karena itu memang tabiat manusia adalah berbuat dosa akan tetapi dosa manusia ada konsekuensinya didunia apalagi diakhirat. Maka supaya kita bersih kembali dari dosa maka diwajibkan kita bertobat dari segala dosa setiap hari. Ibarat kita itu jika kita makan dengan piring bersih lalu sesudah makan menjadi kotor maka sesudah itu kita cuci lagi karena setiap hari kita menggunakannya. Begitu juga dengan raga kita, setiap hari kita sadar atau tidak sadar telah berbuat dosa baik itu dosa kecil seperti menipu, bohong, mencela, apalagi sampai melakukan dosa besar sampai dianggap terbiasa karena memang tidak ingat mati dan lalai mengingat Allah SWT. Maka memang sebaik-baik manusia adalah yang bertaubat karena manusia tak ada yang bersih dari dosa.
Sabda rasulullah : “Setiap anak Adam pasti serin
g melakukan dosa dan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah orang yang rajin bertaubat”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, hasan)
Selain bertaubat dosa juga dapat dihapus dengan berbuat amal shalih. Maka tak sepantasnya kita meremehkan taubat dan meremehkan amalan shalih sekecil apapun. Oleh karena itu dalam bahasan selanjutnya kita akan membahas amalan-amalan penghapus dosa berikut ini.
AMALAN-AMALAN PENGHAPUS DOSA
Nabi kita Muhammad Saw. Menjelaskan beberapa amalan-amalan yang dapat menghapuskan dosa. Didalam hadits (perkataan) beliau yang mulia banyak dijelaskan mengenai bermacam-macam amalan yang dapat menghapuskan dosa, antara lain :
Pertama, Menyempurnakan wudhu dan berjalan ke masjid,
Sebagaimana disampaikan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ
“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapu dosa dan mengangkat derajat. Mereka menjawab: ya wahai rasululloh. Beliau berkata: menyempurnakan wudhu ketika masa sulit dan memperbanyak langkah kemasjid serta menunggu shalat satu ke shalat yang lain, karena hal itu adalah ribath (keutamaan berjaga-jaga)” (HR Muslim dan Al Tirmidzi).
Juga dalam sabda beliau yang lain:
إِذَا تَوَضَّأَ الرَّجُلُ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ لَا يُخْرِجُهُ أَوْ قَالَ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا إِيَّاهَا لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً
“Jika seseorang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian berangkat sholat dengan niatan hanya untuk sholat, maka tidak melangkah satu langkah kecuali Allah angkat satu derajat dan hapus satu dosa” (HR. Al Tirmidzi).
Kedua,. Puasa hari Arafah dan A’syura’, dalilnya:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Nabi Bersabda: Puasa hari Arafah saya berharap dari Allah untuk menghapus setahun yangsebelumnya dan setahun setelahnya dan Puasa hari A’syura saya berharap dari Allah menghapus setahun yang telah lalu” (HR. At Tirmidzi dan di-shahih-kan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ no. 3853)
Ketiga, Shalat tarawih di bulan Ramadhan, dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang menegakkan romadhon (shalat tarawih) dengan iman dan mengharap pahala Allah maka diampunilah dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Keempat, Haji yang mabrur, dengan dalil:
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَ لَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji lalu tidak berkata keji dan berbuat kefasikan maka kembali seperti hari ibunya melahirkannya” (HR. Al Bukhari)
dan sabda beliau:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
“Haji mabrur balasannya hanyalah surga” (HR. Ahmad).
Kelima, Memaafkan hutang orang yang sulit membayar, dengan dalil:
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ أُتِيَ اللَّهُ بِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِهِ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَقَالَ لَهُ مَاذَا عَمِلْتَ فِي الدُّنْيَا قَالَ يَا رَبِّ آتَيْتَنِي مَالَكَ فَكُنْتُ أُبَايِعُ النَّاسَ وَكَانَ مِنْ خُلُقِي الْجَوَازُ فَكُنْتُ أَتَيَسَّرُ عَلَى الْمُوسِرِ وَأُنْظِرُ الْمُعْسِرَ فَقَالَ اللَّهُ أَنَا أَحَقُّ بِذَا مِنْكَ تَجَاوَزُوا عَنْ عَبْدِي
“Dari Hudzaifah beliau berkata Allah memanggil seorang hambaNya yang Allah karuniai harta. Maka Allah berkata kepadanya: Apa yang kamu kerjakan didunia? Ia menjawab: Wahai Rabb kamu telah menganugerahkanku hartaMu lalu aku bermuamalah dengan orang-orang. Dan dahulu akhlakku adalah memaafkan, sehingga aku dahulu mempermudah orang yang mampu dan menunda pembayaran hutang orang yang sulit membayar. Maka Allah berfirman: Aku lebih berhak darimu maka maafkanlah hambaKu ini” (HR. Muslim).
Keenam. Melakukan kebaikan setelah berbuat dosa, dengan dalil:
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah kejelekan dengan kebaikan yang menghapusnya dan pergauli manusia dengan etika yang mulia” (HR Al Tirmidzi dan Ahmad dan dishohihkan Al Albani dalam Shohih Al Jaami’ no. 97.)
Ketujuh, Memberi salam dan berkata baik, dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
إِنَّ كِمْ كُوْجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلاَمِ وَ حُسْنُ الْكَلاَمِ
“Sesungguhnya termasuk sebab mendapatkan ampunan adalah memberikan salam dan berkata baik” (HR Al Kharaithi dalam Makarim Al Akhlak dan di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Al Shahihah, no. 1035)
Kedelapan, Sabar atas musibah dengan, dalil sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ إِنِّي إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنًا فَحَمِدَنِي عَلَى مَا ابْتَلَيْتُهُ فَإِنَّهُ يَقُومُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ مِنْ الْخَطَايَا
“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman: Sungguh Aku bila menguji seorang hambaKu yang mukmin, lalu ia memujiku atas ujian yang aku timpakan kepadanya, maka ia bangkit dari tempat tidurnya tersebut bersih dari dosa seperti hari ibunya melahirkannya” (HR Ahmad, dan dihasankan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Al Shohihah no. 144).
Kesembilan, Menjaga shalat lima waktu dan jum’at serta puasa Ramadhan, dengan dalil sabda Rasulullah:
الصلوات الخَمْسُ وَ الجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَ رَمَضَان إِلَى رَمَضَان مُكَفِّرَاتُ مَا بَينَهُمَا إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Sholat lima waktu dan jum’at ke jum’at dan Romadhon ke Romadhon adalah penghapus dosa diantara keduanya selama menjauhi dosa besar” (HR Muslim)
Kesepuluh, Mengumandangkan adzan, dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
إِنَّ الْمُؤَذِّنَ يُغْفَرُ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ
“Seorang Muadzin diampuni dosanya sepanjang (gema) suaranya” (HR Ahmad dan dishohihkan Al Albani dalam Shahih AL Jaami’ no. 1929)
Kesebelas, Shalat wajib, dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا
“Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di pintu yang digunakan untuk mandi setiap hari lima kali, pa yang kalian katakan apakah tersisa kotorannya? Mereka menjawab: Tidak sisa sedikitpun kotorannya. Beliau bersabda: sholat lima waktu menjadi sebab Allah hapus dosa-dosa” (HR. Al Bukhari).
Keduabelas, Memperbanyak sujud, dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
عَلَيْكَ بَكَثْرَنِ السُّجُوْدِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَ حَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيْئَةً
“Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada Allah, karena tidaklah kamu sekali sujud kepada Allah kecuali Allah mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu kesalahanmu (dosa)” (HR Muslim).
Ketiga belas, Shalat malam, dengan dalil:
عَلَيْكَ بِقِيَامِ اللَيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ لَكُم لإِلَى رَبِّكُمْ وَ مُكَفِّرَةٌ للسَّيْئَاتِ وَ مَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ
“Hendaklah kalian sholat malam, karena ia adalah adat orang yang sholeh sebelum kalian dan amalan yang mendekatkan diri kepada Robb kalian serta penghapus kesalahan dan mencegah dosa-dosa” (HR Al Haakim, dan dihasankan Al Albani dalam Irwa’ Al Ghalil 2/199).
Keempat belas, Berjihad dijalan Allah, dengan dalil:
يُغْفَرُ للشَّهِيْدِ كُلَّ ذَنْبٍ إلاَّ الدَّيْن
“Semua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutang” (HR Muslim)
Kelima belas, Mengiringi haji dengan umrah, dengan dalil:
تَابِعُوْا بَيْنَ الحَجِّ وَ الْعُمْرَةِ فَإِنَّ مُتَابَعَةَ بَيْنَهُمَا تَنْفِيْ الْفَقْرَ وَ الذُّنُوْبِ كَمَا تَنْفِيْ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ
“Iringi haji dengan umroh, karena mengiringi antara keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana Al Kier (alat pembakar besi) menghilangkan karat besi” (HR Ibnu Majah dan dishohihkan Al Albani dalam Shohih Al Jaami’ no,2899)
Keenam belas, Shadaqah, dengan dalil:
إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرُُ لَّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Baqarah: 271)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun bersabda:
الصَّدَقَةُ تُطْفِىءُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِىءُ الْمَاءُ النَّارَ
“Shadaqah menghapus dosa seperti air memadamkan api” (HR Ahmad, Al Tirmidzi dan selainnya dan di-shahih-kan Al Al Bani dalam Takhrij Musykilat Al faqr no. 117)
Ketujuh belas, Menegakkan hukum pidana sesuai syariat Islam, dengan dalil:
أَيُّمَا عَبْدٍ أَصَابَ شَيْئَاً مَمَا نَهَى اللهُ عَنْهُ ثُمَّ أُقِيْمَ عَلَيْهِ حَدُّهُ كَفَرَ عَنْهُ ذَلَكَ الذَّنْبُ
“Siapa saja yang melanggar larangan Allah kemudian ditegakkan padanya hukum pidana maka dihapus dosa tersebut” (HR Al Haakim dan dishohihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ no,2732)
Demikian sebagian penghapus dosa, semoga kita bisa mengamalkan salah satunya dengan baik dan akan lebih baik lagi jika kita amalkan semuanya dengan istiqomah sesuai kemampuan kita. Amalan sedikit tapi istiqomah lebih baik daripada amalan banyak tetapi hanya sekali. Mohon maaf atas segala kekurangan, kritik dan saran pembaca kami harapkan.
Wallahu’alam