بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
 |
Kampanye, Menjual Diri. |
Terkadang manusia diserahi tanggung jawab kepemimpinandalam lingkup kecil ataupun besar. Semisalnya diangkat menjadi pemimpin masyarakat umum atau masyarakat tertentu, dipercaya memimpin suatau pekerjaan, atau ia ditunjuk sebagai pemimpin daerah tertentu. Allah pasti akan meminta pertanggung-jawaban atas apa saja yang mereka pimpin. Salah memilih kriteria pemimpin bisa berakibat fatal. Lihatlah negeri Indonesia yang sudah kondang sebagai surganya koruptor ? apakah ini semata-mata salah si koruptor ? tentu tidak !!! Rakyat yang memilih juga harus dimintai pertanggung jawaban; atas dasar kriteria apa kita memilih seseorang? Oleh karena itu, Allah menetapkan hukum syar’i sebagai kode etik dan adab di dalam pemerintahan (al-Imaarah). – yang harus dipahami dan dilaksanakan – agar kepemimpinan tersebut tidak menjadi malapetaka bagi pemimpin dan yang dipimpin. Beberapa Adab Memilih Pemimpin: 1. Niat yang BaikDalam menerima jabatan pemerintahan, hendaklah ia berniat semata-mata untuk menegakkan apa yang telah ditetapkan Allah, demi meraih ganjaran yang besar dan menggapai apa yang dijanjikan Allah kepadanya jika ia melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan baik. Sebab semua pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya. Rasulullah saw. bersabda:إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرىء ما نوى. فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه ” ”Sesungguhnya amal perbuatan tergantung kepada niyatnya, dan bagi seseorang tergantung apa yang ia niyatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rosulnya [mencari keridhoannya] maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rosulnya [keridhoannya]. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau untuk menikahi wanita maka hijrahnya itu tertuju kepada yang dihijrahkan.” " Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung kepada niatnya" [1]2. Pemimpin Diangkat Dari Kaum Laki-lakiSeorang wanita tidak boleh diangkat menjadi seorang pemimpin, baik untuk masyarakat umum maupun masyarakat tertentu, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.: لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة"Tidak akan berjaya suatu kaum yang menyerahkan kepermimpinannya kepada seorang wanita."[2]3. Tidak Meminta Jabatan PemerintahanOrang yang meminta dan menginginkan sebuah jabatan pemerintahan, ia akan berusaha keras untukk mendapatkannya hingga dapat, kemudian ia akan merendahkan agamanya demi mencapai jabatan tersebut, serta melakukan apa saja meskipun perbuatan maksiat untuk mendapatkannya atau untuk mempertahankan kedudukan yang telah ia raih. Rasulullah saw. telah mengingatkan :إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ. "Kalian akan berambisi untuk menjadi penguasa sementara hal itu akan membuat kalian menyesal dan merugi di hari Kiamat kelak. Sungguh hal itu (ibarat) sebaik-baik susuan dan sejelek-jelek penyapihan."[3]Bahkan, beliau saw. pernah menolak permintaan salah seorang sahabat yang datang memohon agar diberi suatu jabatan. Rasulullah saw. bersabda:إِنَّا- والله- لَا نُوَلِّي هَذَا الأمرَ أحدًا سَأَلَهُ وَلَا أحدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. "Kami - demi Allah - tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang memintanya dan orang yang berambisi untuk mendapatkannya." [4]4. Berhukum dengan Hukum yang Diturunkan Allah Ta’alaTugas ini merupakan kewajiban terbesar yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin dan penguasa. Allah Ta'ala berfirman: وَأَنِ ٱحۡكُم بَيۡنَہُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡDan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.... (Q.S. Al-Ma'idah: 49).5. memberikan keputusan yang Adil Antara Sesama ManusiaSeorang pemimpin wajib bersikap adil terhadap rakyatnya dan memberikan perlakuan yang sama diantara mereka. Allah berfirman :... ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ ... Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...(Q.S. Al-Ma'idah: 8). Rasulullah saw. bersabda:مَا مِنْ أَمِيْرِ عَشْرَةٍ إِلَّا يُؤْتَى بِهِ مَغْلُولَةً يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ، أطْلَقَهُ عَدْلُهُ أَوْ أوْبَقَهُ جَورُ"Tidaklah seseorang memimpin sepuluh orang, melainkan ia akan didatangkan dalam keadaan tangn yang terbelenggu pada hari Kiamat, hingga keadilanlah yang akan melepaskannya dari ikatan atau kedzalimanlah yang akan membuat dirinya celaka."[5]6. Tidak Menutup Diri untuk Memenuhi Kebutuhan Rakyat
 |
Pemilih Salah Kriteria. |
Seharusnya seorang pemimpin tetap membuka pintunya untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakan dan pengaduan orang-orang yang teraniaya, mendekati dan mendengarkan keluhan mereka, serta tidak menutup diri dan mengunci pintu dari mereka yang ia pimpin. Rasulullah saw. bersabda: "Tidaklah seorang pemimpin atau seorang penguasa menutup pintunya dari orang-orang yang memiliki kebutuhan, keperluan, serta orang-orang fakir, melainkan Allah akan menutup pintu langit dari keperluan, kebutuhan, dan hajatnya." [6]7. Senantiasa Menasihati Rakyatnya dan Tidak Menghianati Mereka.Seorang pemimpin seharusnya senantiasa menasehati rakyatnya tentang kebaikan apa saj a yang ia ketahui berkaitan dengan urusan agama mereka. Rasulullah saw. bersabda: مَا مِنْ أَمِيْرٍ يَلِي أُمُورَ الْمُسْلِمِيْنَ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ وَيَنصَحُ لَهُمْ؛ إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الْجَنَّةَ"Tidaklah seorang pemimpin yang mengurusi urusan kaum Muslimin kemudian ia tidak pernah meletihkan diri untuk mengayomi dan menasehati mereka, melainkan ia tidak akan masuk surga bersama mereka." [7]8.Tidak Menerima HadiahJika ada rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang penguasa atau seorang pemimpin, hampir bisa dipastikan dibalik ini mereka ingin agar pemimpin tersebut dekat dengannya dan menyukai dirinya. Rasulullah saw. bersabda: الهَدِيَّةُ إِلَى الإِمَامِ غَلُوْلٌ"Hadiah yang diberikan kepada seorang pemimpin adalah penghianatan." [8].Dikisahkan dalam sebuah hadits, bahwa seorang petugas Rasulullah saw. berkata: "Yang ini untuk kalian dan yang ini dihadiahkan untukku." Lantas Rasulullah saw. bersabda:أَمَّا بَعْدُ فَمَا بَالُ الْعَامِلِ نَسْتَعْمِلُهُ فَيَأْتِينَا فَيَقُولُ هَذَا مِنْ عَمَلِكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي أَفَلَا قَعَدَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَنَظَرَ هَلْ يُهْدَى لَهُ أَمْ لَا."Amma ba'du, mengapa pejabat yang kami angkat berkata: 'Yang ini dari hasil pekerjaan kalian sementara yang iani khusus dihadiahkan untukku?' Mengapa ia tidak duduk saja di rumah ayah dan ibunya lalu menunggu apakah ada orang-orang yang memberinya hadiah atau tidak ?"[9]9. Mengambil Penasihat dari Kalangan Orang-Orang yang Baik.Yang dimaksud orang-orang baik adalah mereka yang mampu mengingatkannya di saat ia lupa, membantunya di saat teringat, selalu mengontrolnya agar senantiasa bersikap baik dan berlaku adil, memberinya nasihat dan pengarahan serta mendorongnya untuk berbuat baik dan menjaga ketakwaan, sehingga semua urusan akan lurus. Rasulullah saw. bersabda: مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ وَلَا اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيفَةٍ إِلَّا كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ فَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَ اللَّهُ تَعَالَى"Tidak ada Nabi yang Allah utus dan tidak pula ada seorang pemimpin yang Dia angkat kecuali mereka mempunyai dua jenis teman dekat; teman yang menyuruhnya untuk berbuat baik serta selalu membantunya dalam berbuat baik dan teman yang menyuruhnya berbuat jahat serta selalu mendorongnya untuk melakukan tindak kejahatan. Orang yang selamat adalah orang yang dijaga oleh Allah Ta'ala." [10]10. Bersikap Ramah Terhadap RakyatSeorang pemimpin hendaknya bersikap sebagai anak terhadap orang tua, sebagai saudara untuk yang sebaya, dan sebagai orang tua terhadap anak. Ia harus bersikap lembut, ramah serta menyayangi mereka dan tidak membebani mereka dengan urusan yang mereka tidak sanggupi. Pemimpin yang memiliki sikap seperti ini berhak mendapat do'a Rasulullah saw.اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ "Ya Allah, bagi siapa yang menjadi penguasa ummatku lalu ia menyulitkan mereka, maka timpakanlah kesulitan kepadanya dan siapa saja yang menjadi penguasa ummatku lalu ia menyayangi mereka maka sayangilah ia." [11]11.Tidak Boleh Merusak Rakyat dengan Meragukan Kesetiaan Mereka dan dengan memata-matai Mereka.Rasulullah saw. bersabda: "Apabila seorang pemimipin curuga terhadap rakyatnya, berarti ia telah merusak mereka." [12]Hal ini bisa merusak hubungan baik antar pemimpin dan rakyatnya. Lihatlah, pertentangan antara penguasa dan rakyatnya yang sudah merebak di seluruh negeri Islam pada saat-saat sekarang, Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.12. Jujur dalam Menjalankan Semua Urusan yang Berkaitan dengan Kaum Muslimin.Hendaknya seorang pemimpin membantu Ahlus Sunnah dan orang baik, membasmi ahli bid'ah dan pembuat kerusakan, mengibarkan panji 'amar ma'ruf nahi munkar dan jihad fi sabilillah, serta berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjaga kehormatan, agama, harta kaum Muslimin, dan sebagainya. Demikian juga ia berkesinambungan mengevaluasi semua pejabat dan pegawainya, memperhatikan bagaimana cara mereka menjalankan tugas, menyelesaiakn berbagai problema masyarakat, walaupun dengan membentuk tim khusus, misalnya, demi kemaslahatan, karena sesungguhnya ia akan mempertanggung-jawabkan semua bawahannya d hadapan Allah Ta'ala, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi saw. dan para khalifah setelah beliau. ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.Semoga bermanfaat.Sumber: Ensiklopedia Adab Islam Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, Jilid I- Pasal XI, hal. 165-177, 'Adul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi'i., telah diedit untuk keselarasan.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------[1] H.R. Bukhari, Muslim, dari 'Umar bin Khattab r.a.[2]H.R. Bukhari (no.4425, 7099) dari Abu Bakrah[3] H.R.Bukhari (no.7148) dari Abu Hurairah r.a.[4] H.R Bukhari (no. 7149) dan Muslim (1733), lafadz hadits di atas diambil dari lafadz Muslim dari Abu Musa r.a..[5] H.R. Albaihaqi dalam al-Kubraa (X/96) dari Abu Hurairah r.a., hadits ini tertera dalam Shahihul Jami' (5695)[6] H.R Ahmad (IV/231) dan At-Tirmidzi (1332) dari 'Amr bin Murrah, At-Tirmidzi (1332) dari Maryam. Hadits ini tertera dalam Shahihul Jaami' (5685)[7] H.R. Muslim (142) dari Ma'qil bin Yasar r.a.[8] H.R. At-Tabarani dalam al-Kabiir (XI/11486) dari Ibnu 'Abbas r.a.,hadits ini tertera dalam Shahihul Jaami' (7054).[9] H.R. Muslim (1833) dari 'Adi bin Umair r.a.[10] H.R. Bukhari (6611, 7198) dari Abu Sa'ad r.a.[11] H.R. Muslim (1848) dari 'Aisyah r.a.[12] H.R. Abu Daud (4889), Ahmad (VI/4), Hakim (IV/378), dari al-Miqdam, Abu Umamah dll.
No comments:
Post a Comment