BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Usia
dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua
potensi anak berkembang sangat cepat. Seorang anak bukan merupakan orang dewasa
dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia
harus tumbuh dan berkembang sampai dewasa agar dapat berguna bagi masyarakat.
Walaupun pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu,
seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada orang dewasa, misalnya mengenai
makan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya.
Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti
persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang, misalnya keperluan dan
lingkungan anak pada waktu tertentu agar anak dapat tumbuh dan berkembang
sebaik-baiknya.
Sebuah
organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena sel-sel dan
jaringan di antara sel bertambah banyak. Selama pembiakan, sel berkembang
menjadi sebuah alat (organ) dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ
ini masih sederhana dan fungsinya belum sempurna. Lambat laun organ tersebut
dengan fungsinya akan tumbuh dan berkembang menjadi organ yang matang, seperti
yang diperlukan orang dewasa. Dengan demikian pertumbuhan, perkembangan dan
kematangan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain.
Kehidupan individu dimulai sejak
masa konsepsi, yaitu saat bertemunya sel yang berasal dari ayah
(sperma) dengan sel telur yang berasal dari ibu (ovum). Dalam proses
pertumbuhan atau perkembangannya, individu mengalami interaksi antara kemampuan
dasar/pembawaan dengan lingkungan.Para ahli psikologi dan pendidikan, mengakui bahwa
pertumbuhan dan perkembangan individu sejak dalam kandungan sampai meninggal
dunia, mengalami proses menurut hukum waktu yang satu sama lain tidak sama
cepat atau lambatnya, fase-fase kepekaannya dan sebagainya, akan tetapi
bagaimnapun juga pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang bersifat
integral sebagai manusia seutuhnya.
Perkembangan anak manusia merupakan
sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling
terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan
maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan
lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju
perkembangan anak tersebut. perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan
sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar
bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah perkembangan
intelektual dan bahasa.
Perkembangan dicakup dalam
kematangan. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu (Langeveld). Konsep
pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung
satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya.
Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang
individu mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula.
II.
Tujuan
Penulisan
Agar
dapat mengidentifikasi dan asesmen setiap fase perkembangan dan pertumbuhan
anak, serta lebih mendalami keilmuan tentang perkembangan dan pertumbuhan
khususnya tentang Sensory pada anak.
BAB II
KAJIAN TEORI
I.
Pertumbuhan dan Perkembangan
A. Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Menurut pandangan para ahli biologi
“pertumbuhan” diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat
atau pikiran dimensif dari pada tubuh dan bagian-bagiannya. Sedangka kata
“perkembangan” dimaksudkan untuk menunjukan perubahan-perubahan dalam
bentuk/bagian tubuh dan integrasi ke dalam suatu kesatuan fungsional bila
pertumbuhan itu berlangsung. Jadi pertumbuhan dapat diukur sedangkan
perkembangan hanya dapat diamati dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam
bentuk ketika terjadi dan dalam bentuk-bentuk tingkah laku ketika telah
tercapai kematangan.Menurut Kasiram, pertumbuhan mengandung arti adanya
perubahan dalam ukuran atau fungsi-fungsi mental, sedangkan perkembangan
mengandung makna adanya pemunculan hal yang baru. Pada peristiwa pertumbuhan,
dalam pandangan Kasiram, tampak adanya perubahan jumlah atau ukuran dari
hal-hal yang telah ada, sedangkan dalam peristiwa perkembangan, tampak adanya
sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya (Kasiram, 1983: 23). Dalam
kaitan itu, Moh. Kasiram memberi contoh. Pohon mangga kecil menjadi besar
adalah peristiwa pertumbuhan. Anak ayam kecil menjadi anak ayam besar juga
peristiwa pertumbuhan. Akan tetapi, kata Kasiram, perubahan dari telur mrnjadi
anak ayam adalah peristiwa perkembangan. Peristiwa perubahan sel telurdengan
sperma dalam kandungan ibu sampai menjadi anak adalah peristiwa
perkembangan.Secara lebih luas, Dictionary of Psychology memerinci pengertian
perkembangan manusia sebagai berikut:
1. "The progressive and continuous
change in the organism from birth to death"; perkembangan itu merupakan
perubahan yang progresif dan terus menerus dalam diri organisme sejak lahir
hingga mati.
2. "Growth"; perkembangan itu
berarti pertumbuhan.
3. "Change in the shape and
integration of bodily parts into functional parts"; perkembangan berarti
pertumbuhan dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian yang bersifat jasmaniah ke
dalam bagian-bagian yang fungsional.
4. "Maturation or the appearance of
fundamental pattern of unlearned behavior"; perkembangan adalah kematangan
atau kemunculan pola-pola dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar.
B. Fase-Fase Dan Tugas Perkembangan
1. Fase Dan Tugas Perkembangan Menurut
Buhlera.
a. Fase pertama (0-1 tahun)Fase ini adalah
masa menghayati berbagai objek diluar diri sendiri serta saat melatih
fungsi-fungsi, khususnya fungsi motorik, yakni fungsi yang berhubungan dengan
gerakan-gerakan anggota badan.
b. Fase kedua (2-4 tahun)Fase ini merupakan
masa pengenalan dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan penghayatan
yang bersifat subjektif. Mulai ada pengenalan pada “aku” sendiri, dengan
bantuan bahasa dan kemauan sendiri. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan
pengamatan yang objektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada
benda-benda diluar dirinya.
c. Fase ketiga (5-8 tahun)Fase ini bisa
dikatakan sebagai masa sosialisasi anak. Pada masa ini, anak mulai memasuki
masyarakat luas (misalnya, taman kanak-kanak, pergaulan dengan kawan-kawan
sepermainan, dan sekolah dasar). Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar
secara objektif. Ia mulai belajar mengenal arti prestasi, pekerjaan, dan
tugas-tugas kewajiban. Jadi yang penting diperhatikan pada fase ini adalah
berlangsungnya proses sosialisasi.
d. Fase keempat (9-11 tahun)Pada perode
ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa
menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan
menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar; masa pemusatan dan penimbunan tenaga
untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi.
e. Fase kelima (14-19 tahun)Fase ini
merupakan masa tercapainya synthese diantara sikap kedalam batin
sendiri dengan sikap keluar,pada dunia objektif. Untuk kedua kali dalam
kehidupannya, anak bersikap subjektif (subjektivitas pertama terdapat pada fase
kedua, yaitu usia 3 tahun). Namun subjektivitas kali ini dilakukan dengan
sadar.
2. Fase Dan Tugas Perkembangan Menurut
Hurlocka.
a. Prenatal (sebelum lahir) atau
pralahirPrenatal ini mulai konsepsi sampai umur 9 bulan dalam kandungan ibu.
b. Masa natal
1) Infancy atau neonates (dari lahir-14
hari)Fase ini merupakan fase penyesuaian terhadap lingkungan. Pada masa ini,
bayi mengalami masa tenang dan tidak banyak terjadi perubahan.
2) Masa bayi (antara 2 minggu-2 tahun)Masa
ini dimulai pada masa ketika anak sangat bergantung pada lingkungan dan
kemudian kerena perkembangan anak mulai berusaha menjadi lebih independen.
3) Masa anak (2-10/11 tahunTanda-tanda
khas: usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga ia merasa bahwa
dirinya merupakan sebagian dari lingkunagn yang ada. Penyesuaian sosial
dilaksanakan dengan pergaulan dan berbagai pertanyaan. Ketika usia anak
mencapai 3 tahun, masa ini dikenal sebagai masa sturn und Drang dan periode
haus nama. Usia 6 tahun merupakan masa penting untuk proses sosialisasi.
c. Masa remaja (11/12-20/21 tahun)
1) Praremaja (11/12-13/14)Dikataka juga
sebagai fase negatif. Fase yang sukar untuk anak dan orang tua. Perkembangan
fungsi-fungsi tubuh, terutama seks juga mengganggu.
2) Remaja awal (13/14-17
tahun)Perubahan-perubahan fisik terjadi sangat pesat dan mencapai pucaknya.
Ketidak seimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada
masa ini.
3) Remaja lanjut (17-20/21 tahun)Dirinya
ingin selalu menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan diri. Ia idealis,
mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energy yang besar.
d. Dewasa
1) Dewasa awal (21-40 tahun)Tahap ini
adalah masa penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru dan harapan mengembangkan
sifat-sifat, nilai-nilai yang serba baru.
2) Dewasa menengah (40-60 tahun)Tahapan
dewasa menengah merupakan masa transisi, masa menyesuaikan kembali, masa
equilibrium-diseqluibrium.
3. Fase dan tugas perkembangan menurut
Eriksona.
a. Masa bayi (0-1,5 tahun)Masa bayi
merupakan masa ketergantungan dan masa membutuhkan pertolongan orang lain,
suatu masa yang menuntut kesabaran orang tua.
b. Masa toddler (1,5 tahun-3 tahun)Pada
masa ini, anak menggunakan kemampuan bergerak sendiri untuk melaksanakan dua
tugas penting. Pertama, pemisahan diri dari ibu dan lain-lainnya. Kedua, mulai
menguasai diri,lingkungan, dan keterampilan dasar untuk hidup.
c. Awal masa kanak-kanak (4-7 tahun)Pada
tahapan ini, pusat perhatian anak berubah dari benda kepada orang. Si anak
beralih dari bermain sendiri menju bermain bersama.
Sosialisasi merupakan tema pokok. Si anak belajar menyesuaikan diri
dengan teman sepermainannya. Tugas-tugas yang telah dimulai pada masa toddler,
dikembangkan lebih lanjut. Si anak diharapkan untuk makan sendiri dan
berpakaian sendiri dan berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
d. Akhir masa kanak-kanak (8-11 tahun)Masa
ini adalah masa untuk berkelompok dan berorganisasi. Penerimaan oleh
teman-teman seusia adalah penting. Inilah waktu yang baik untuk memperkenalkan
pekerjaan rumah tangga serta mengajarkan penggunaan uang dengan tepat. Tak
seorangpun menginginkan bekerja terlalu berat dan terlalu lama; demikian juga anak-anak.
Tema pada masa ini adalah kerajinan. Energy si anak dapat diarahkan pada
tugas-tugas sosial yang terorganisasi.
e. Awal masa remaja (12-15 tahun)Pada masa
ini, anak mulai berubah-rubah, terpusat pada diri sendiri, seks dan tubuhnya.
Tugas-tugas dan latihan atletik lebih didahulukan daripada kegiatan-kegiatan
keluarga, seperti makan dan pergi bersama. Awal masa remaja merupakan suatu
masa transisi.
f. Masa remaja yang sejati (16-18
tahun)Pada tahapan ini, kemenduaan dalam masa transisi akan berkurang. Si
remaja yang merasa cukup aman dalam identitasny, harus menghadapi
pilihan-pilihan yang akan membentuk sisa hidupnya. Pemilihan tujuan hidup
merupakan tema pokok.
g. Awal masa dewasa (19-25 tahun)Tema awal
masa dewasa adalah kemandirian. Tanggapan orang tua yang bijaksana adalah
tanggapan yang memperluas persahabatan dengan anak-anak mereka sebelumnya masih
bergantung kepada mereka.
h. Kedewasaan dan masa tua (25 tahun ke
atas)Masa dewasa merupakan fase generativitas (menciptakan) yang selalu
dihadapkan pada awal stagnasi. Masa ini ditandai dengan adanya perhatian yang
tercurah pada anak-anak, keahlian produktif, keluarga, dan pekerjaan. Sifat
mengasuh pada wanita tampak sangat dominan. Pada masa tua ini adalah
kebijaksanaan dan pelepasan.
4. Fase dan tugas perkembangan menurut
havighursa.
a. Periode bayi dan anak kecil
Berjalan
belajar, belajar makan makanan padat, belajar berbahasa, control badan,
stabilitas psikologik, belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin kontak
perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang lain, pembentukan
pengertian sederhana; realita fisik dan realita sosial, belajar apa yang benar
dan apa yang salah, perkembangan kata hati.
b. Anak sekolah
Ketangkasan
fisik, sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme yang tumbuh, belajar
peranan jenis kelamin, kontak-kontak dengan teman-teman sebaya, belajar sikap
terhadap kelompok dan lembaga-lembaga, belajar membaca, menulis, berhitung,
belajar pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari. Perkembangan moralitas
skala nilai-nilai.
c. Masa muda (pubertas, adolesensi)
Menerima
keadaan jasmaniah. Menerima peranan jenis persiapan menikah dan mempunyai
keluarga, belajar lepas orang tua secara emosional, belajar bergaul dengan
kelompok anak wanita/anak laki-laki. Belajar tanggung jawab sebagai warga
Negara, menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial.
Perkembangan skala nilai secara sadara perkembangan gambaran dunia yang
adekwat. Persiapan mandiri secara ekonomis pemilihan dan latihan jabatan.
d. Masa dewasa muda
Memilih
jodoh, belajar hidup dengan suami/istri mulai membentuk keluarga, mengasuh
anak, mengemudikan rumah tangga, menemukan kelompok sosial. Menerima tanggung
jawab warga negara. Mulai bekerja.
e. Usia tengah baya
Menerima
dan menyesuaikan diri terhadap percobaan fisik dan fisiologik. Pasangan
dipandang sebagai person, menolong anak-anak muda menjadi dewasa. Mencapai
tanggung jawab sosial dan warga negara usia secara penuh. Mencapai dan
mempertahankan standar hidup ekonomi. Merealisasikan kesantaian.
f. Masa dewasa lanjut
Penyesuaian
terhadap kekuatan fisik yang menurun. Menyesuaikan diri dengan kematian teman
hidup, menemukan relasi dengan kelompok sebaya. Memenuhi kewajiban-kewajiban
social dan warga Negara. Penyesuaian dengan gaji yang berkurang dan keadaan
pension. Merealisasikan keadaan hidup fisik yang sesuai.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan
1. Aliran Nativisme Atau Aliran Pembawaan
Nativisme
(nativism) merupakan sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap
aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer
(1788-1860), seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki
sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan “kacamata
hitam”. Mengapa begitu? Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa
perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan
pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti
ini disebut “pesimisme pedagogis” (Syah, 1995).Aliran nativisme mengemukakan
bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik
karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moynagnya maupun karena
memang ditakdirkan demikian. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula anak itu
kelak. Begitu pula sebaliknya, andaikata anak itu berpembawaan buruk, buruk
pula pada masa kedewasaannya. Oleh sebab itu, menurut aliran ini, pendidikan
tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya.Turunan memiliki
peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir kedunia ini
membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu bapak atau nenek dan
kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting,
antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat
atau watak dan penyakit.
2. Aliran Empirisme Atau Aliran Lingkungan
Aliran
empirisme merupakan kabalikan dari aliran nativisme, denga tokoh utama John
Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “the school of british
empiricism” (aliran empirisme inggris). Akan tetapi, aliran ini lebih
berpengaruh pada para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah
aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi
bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relative masih
baru (reber, 1988; Syah, 1995).Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang
beru lahir laksana kertas yang putih bersih atau semacam tabula rasa (tabula=
meja, rasa=lilin), yaitu meja yang bertutup lapisanlilin putih. Kertas putih
bersih dapat ditulis dengan tintawarna apapun, dan warna tulisannya akan sama
dengan warna tinta tersebut. Begitupula halnya dengan meja yang berlilin, dapat
di cat dengan berwarna-warni, sebelum ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan
kertas putih yang bersi, sedangkan warna tinta diumpamakan sebagai lingkungan
(pendidikan) yang akan berpengaruh terhadapnya. Pendidikan dapat membuat anak
menjadi baik atau buruk. Pendidikan dapat memegang peranan penting dalam
perkembangan anak, sedangkan bakat pembawaannya bisa ditutup dengan serapat-rapatnya
oleh pendidikan itu.
3. Aliran konvergensi atau aliran
persesuaian
Aliran
ini pada intinya merupakan perpadduan antara pandangan nativisme dan empirisme,
yang keduanya dipandang sangat berat sebelah. Aliran ini menggabungkan arti
penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia. Tokoh utama aliran konvergensi adalah Louis William
Stern (1871-1938), seorang filsuf sekaligus psikolog jerman. Stern dan para
pengikutnya, dalam menetapkan faktor yang memengaruhi perkembangan manusia,
tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman, juga tidak berpegang pada
pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya itu.
Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman. Demikian pula
sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bawaan tidak akan mampu
mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
II.
Perkembangan Sensomotorik
A. Pengertian Sensomotorik
Definisi
Sensomotorik : Adanya suatu rangsangan (inout) pada sensori atau pancaindera
yang di informasikan ke kortex (otak tengah) lalu di olah oleh Hemisphere atau
otak besar dan disalurkan ke otot sebagai output atau raksi manusia.
Anak
akan belajar dengan sendirinya untuk dapat menemukan keseimbangan antara emosi
dan penyaluran energy melalui kematangan gerakan koordinasi tubuh dari
masing-masing anak yang didapat dari pengalamannya. Pengalaman-pengalaman yang
didapat anak bertujuan agar memberikan rasa kemandirian, keseimbangan kejiwaan
dan yang juga mensupport serta mempertajam pola pikir anak.
Pembeljaran
semacam ini harus dilakukan secara bertahap dan teratur, umumnya bila dilakukan
dengan benar maka setelah pertemuan yang ke 8 akan terlihat perubahan perilaku
yang signifikan pada anak. Metoda ini sangat dikenal dan dikembangkan di
Negara-negara maju sebagai bagian yang terpenting dalam dunia pendidikan anak
usia 2,5 hingga 7 tahun. Dengan kita mendidik gerakan koordinasi tubuh anak
anak melalui sensomotorik ternyata dapat membantu anak untuk menylurkan potensi
berpikir, potensi belajar dan potensi emosi yang lebih baik. Dan juga bagi
mereka yang sulit mengumpulkan energinya untuk berkonsentrasi disini anak akan
belajar untuk bisa lebih fokus.
B. Model Pembelajaran melalui Sensomotorik
:
1. Pembelajaran Psiko Motor
Merupakan
satu sistem pembelajaran yang memberikan input pada olah gerak tubuh
(kinestetik) dan bertujuan membangun perkembangan fisik, pikiran dan emosi
secara keseluruhan atau holistic (Peningkatan PSIKOSOSIOEMOSIONAL anak)
2. Pembelajaran Audio Motor
Merupakan
suatu sistem pembelajaaran yang bertujuan khusus untuk membangun dan
meningkatkan konsentrasi pendengaran yang memadukan motorik planning (melatih
gerak terencana) dan orientasi waktu, selain itu juga meningkatkan komunikasi
anak secara keseluruhan.
3. Pembelajaran Visual Motor
Merupakan
suatu sistem pembelajaran yang bertujuan khusus untuk membantu perpaduan
koordinasi visual (mata), audiotory (telinga) dengan gerakan output dari
motorik halus dan kasar, selain itu juga meningkatkan perkembangan persepsi
ruang dan kognisi secara keseluruhan.
Perpaduan dari sistem pembelajaran
seperti ini kita akan segera menemukan pada anak ketertarikan untuk menuliskan
apa yang mereka dengar. Untuk ini ada test Kematangan Dasar atau sekarang kita
sebutkan TKD pada anak melalui test ini kita bisa melihat anak siap atau
tidaknya untuk masuk sekolah dasar
C. Tujuan dari pelatihan Sensomotor atau
aktivitas seluruh olah tubuh merupakan suatu promosi dari kualitas EQ dan IQ
anak yang optimal, yang didapat dari:
Ø Sistem indera (sensori) yang terasah.
Ø Kemampuan mengembangkan koordinasi
propioseptip
Ø Disertai dengan strategi, pola piker
(persepsi) dan kesadaaran tubuh (Body Awareness) yang baik pula.
Pengolahan program sensomotorik
yang juga disebut sebagai pelatihan aktivitas olah tubuh yang tepat di
tempatkan di sekolah-sekolah yang bisa dimulai dariusia play group sampai
dengan usia remaja, merupakan salah satu subjek penting di dalam kurikulum
(Flemming, 1968).
Dengan penampilan fisik dan
koordinasi tubuh yang terarah pada anak yang didapat dari aktivitas gerak tubuh
yang baik akan memberikan pengaruh positif pada kemampuan anak dalam
berkomunikasi, pada kemampuan kognisi anak dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang muncul dalam dirinnya, terutama dalam cara dia berinteraksi
dengan orang lain (Herm, 1997)
Program sensomotorik juga dapat
membantu anak dalam mengembangkan integritas untuk memunculkan daya
kreativitasnya dan juga dapat mengimprovisasikan dirinya ke dalam kemampuan
akademisnya. Kemampuan dasar yang harus ada pada anak, yaitu :
Ø Kecepatan merespons sesuatu
Ø Kemampuan untuk berkonsentrasi
Ø Kemampuan untuk melatih control diri
Ø Kesadaran diri mengenai waktu dan tempat
(Body Orientasi), kapan, berapa lama dan dimana mereka berada.
D. Gangguan Proses Sensoris atau Sensory
Processing Disorder
Penderita gangguan Sensory processing
disorder atau disingkat SPD mempunyai manifestasi tidak merespon terhadap
rangsang dari sekitarnya dengan wajar. Misalnya anak yang sangat tidak suka
dengan bunyi-bunyian yang menurutnya terlalu keras atau tidak tahan dengan
tekstur tertentu atau sebaliknya tidak pernah merasa capek dan sakit.
Pengolahan gangguan sensorik atau SPD
adalah gangguan neurologis yang menyebabkan kesulitan dengan mengambil kegiatan
pengolahan, dan menanggapi informasi sensorik tentang lingkungan dan dari dalam
tubuh sendiri (visual, auditori, taktil, penciuman, pengecapan, vestibular, dan
proprioception).
Bagi mereka diidentifikasi memiliki SPD,
informasi sensorik dapat merasakan dan dirasakan dengan cara yang berbeda dari
kebanyakan orang lain. Tidak seperti kebutaan atau tuli, informasi sensorik
dapat diterima oleh orang-orang dengan SPD, perbedaannya adalah informasi yang
sering terdaftar, ditafsirkan dan diproses secara berbeda oleh otak. Hasilnya
bisa cara yang tidak biasa menanggapi atau berperilaku, menemukan hal-hal yang
sulit untuk dilakukan. Kesulitan biasanya dapat hadir sebagai kesulitan
perencanaan dan pengorganisasian, masalah dengan melakukan kegiatan kehidupan
sehari-hari (self care, pekerjaan dan kegiatan santai), dan untuk beberapa
kasus dengan sensitivitas yang ekstrim, masukan sensorik dapat mengakibatkan
penghindaran ekstrim kegiatan, agitasi, kesedihan, ketakutan atau kebingungan.
Istilah SPD sekarang mulai sering digunakan
meskipun tidak melalui kontroversi bukan seperti disfungsi integrasi
sensorik yang sebelumnya digunakan oleh terapis okupasi A. Jean Ayres sebagai
bagian dari teori bahwa defisit dalam pengolahan dan interpretasi dari sensasi
dari tubuh dan lingkungan dapat menyebabkan sensorimotor dan masalah belajar
pada anak-anak. Teori secara luas diakui, tetapi juga telah menimbulkan
kontroversi yang luar biasa.
Beberapa menyatakan bahwa gangguan
pengolahan sensorik adalah diagnosis yang berbeda, sementara yang lain
berpendapat bahwa perbedaan dalam respon sensorik fitur diagnosis lainnya. SPD
tidak diakui dalam manual medis standar seperti ICD-10 atau DSM- IV-TR.
Panitia yang mempersiapkan DSM-5 telah meminta bahwa penelitian tambahan
dilakukan sebelum gangguan tersebut dapat dikenali. Di sisi lain, SPD dalam
Stanley Greenspan’s Diagnostic Manual untuk bayi dan Anak Usia Dini
dikenal sebagai Gangguan regulasi Pengolahan Sensory dari The Zero to
Three’s Diagnostic Classification
SPD sering dikaitkan dengan berbagai
neurologis, gangguan kejiwaan, perilaku dan bahasa. Tidak ada obat dikenal,
namun terdapat banyak intervensi perawatan yang tersedia
v Klasifikasi
Awalnya
istilah tradisional digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan kesulitan
pengolahan sensorik adalah Sensory Integration Dysfunction (SID). Sebuah
nosology baru telah diusulkan oleh Lucy J. Miller, Ph.D dengan istilah baru
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman antara Terapis Kerja dan profesional
lainnya yang sering mengalami SID dan dokter dan profesional
kesehatan lainnya yang mendekati disfungsi integrasi sensorik lebih dari
sekedar neurobiologis.
Pemahaman
ini sangat penting karena dokter bertanggung jawab untuk mendiagnosis SPD,
yang merupakan langkah penting dalam mengakses penggantian (akhirnya dari
perusahaan asuransi) untuk layanan profesional untuk mengobati SPD. Disfungsi
Pengolahan sensorik sekarang sedang digunakan sebagai istilah payung global
yang mencakup semua bentuk gangguan ini, termasuk tiga kelompok diagnostik
utama:
Ø Type I – Sensory Modulation
Disorder Respon yang berlebihan atau sebaliknya kurang dalam menanggapi
rangsangan sensorik atau mencari rangsangan sensorik. Kelompok ini mungkin
termasuk takut pola atau cemas, negatif atau perilaku keras kepala, egois perilaku
yang sulit untuk terlibat atau kreatif atau aktif mencari sensasi.
Ø Type II – Sensory Based Motor
Disorder Menunjukkan output motor yang teratur sebagai hasil dari
pengolahan yang salah dari informasi sensorik yang mempengaruhi tantangan
kontrol postural atau dyspraxia
Ø Type III – Sensory Discrimination
Disorder Diskriminasi Sensory atau pengolahan yang salah dalam
menerimas informasi sensorik. Salah pengolahan input visual atau auditori,
misalnya, dapat dilihat dalam inattentiveness, disorganisasi dan kinerja
sekolah yang buruk
v Sensori integrasi
Sensori
integrasi sendiri adalah sebuah proses otak alamiah yang tidak disadari. Dalam
proses ini informasi dari seluruh indera akan dikelola kemudia diberi arti lalu
disaring, mana yang penting dan mana yang diacuhkan. Proses ini memungkinkan
kita untuk berprilaku sesuai dengan pengalaman dan merupakan dasar bagi
kemampuan akademik dan prilaku sosial.
Sensori
integrasi merupakan teori dan metode yang membantu memberikan penjelasan pada
beberapa prilaku yang dimunculkan pada anak berkebutuhan khusus berhubungan
dengan permasalahan proses sensori yang terjadi. Serta memberikan strategi
penanganan yang dapat dilakukan di pusat terapi, rumah dan sekolah secara
tepat.
Setiap
detik, menit dan jam tak terhitung berapa banyak informasi sensori yang masuk
kedalam tubuh manusia seperti aliran air sungai yang tak hentinya. Tidak hanya
dari telinga dan mata, tapi dari seluruh bagian tubuh. Sang anak harus mampu
untuk mengatur seluruh sensori tersebut jika seseorang ingin bergerak, belajar
dan berprilaku. Sensori tersebut memberikan informasi tentang kondisi fisik
tubuh dan lingkungan disekitar.
Kesulitan
belajar yang disebabkan masalah pada sensori integrasi membuat sang siswa
kesulitan mengatur informasi yang masuk yang membuatnya sulit untuk
berkonsentrasi dan menyerap materi pelajaran. Sehingga memunculkan beberapa
prilaku yang bersifat spesifik terhadap masalah pengintegrasian sensorinya.
Berdasarkan
teori bahwa proses pengintegrasian sensori berada di otak yang mengatur jalur
informasi sensori yang kemudian diproses hingga akhirnya menjadi respon atas
situasi yang terjadi di lingkungan. Sensori Integrasi dalam hal ini berperan
menemukan jawaban kesulitan sang siswa selama proses belajar di sekolah yang
berhubungan dengan masalah pada proses sensori. Penanganan dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan karakteristik dan keunikan yang dimiliki dengan masalah
yang saat ini dihadapi.
Ada
7 sistem indera yang menjadi perhatian dalam Sensori integrasi yakni,
pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman, taktil (perabaan) , vestibular
(kesigapan tubuh), dan proprioseptif (posisi dalam ruang).
Ø Organ vestibular terletak di mata, kanal
dalam telinga, dan otak kecil. Fungsinya sebagai pengatur informasi dan
pengatur kesigapan dan keseimbangan gerak tubuh. Bila organ ini bekerja baik,
kita dapat dengan mudah mengatur gerak tubuh ke arah atas-bawah, kanan-kiri,
depan-belakang dan membedakannya dengan baik.
Ø Sistem proprioseptif adalah otot, sendi,
dan ligamen. Sistem indera ini juga membantu kita dalam bergerak dan
menyesuaikan posisi di dalam ruang.
Proses sensori integrasi terjadi
secara bertahap, kegagalan di satu tahap akan berpengaruh pada tahap
berikutnya. Anak yang optimal dalam proses sensori integrasi akan memiliki
kemampuan komunikasi, kemampuan mengatur, harga diri, kepercayaan diri,
kemampuan akademik, kemampuan berfikir abstrak dan penalaran, serta
spesialisasi setiap sisi tubuh dan otak. Hasil akhir proses sensrori integrasi
tersebut baru tercapai saat anak mulai usia SD.
E. Gejala Gangguan Proses Sensoris (Sensory
Processing Disorders)
Sensorik
penciuman Input yang didapatkan berasal dari aroma atau bau yang tercium
Gangguan sensorik penciuman di antaranya adalah:
Ø Reaksi berlebihan terhadap bau tertentu
seperti bau kamar mandi atau peralatan kebersihan
Ø Menolak masuk ke suatu lingkungan karena
tidak menyukai baunya
Ø Tidak menyukai makanan hanya karena
baunya
Ø Selalu menciumi barang-barang atau orang
disekitarnya
Ø Sulit membedakan bau.
Sensorik
penglihatan Input yang didapatkan berupa warna, cahaya dan gerakan yang
ditangkap oleh mata. Gangguan sensorik penglihatan di antaranya adalah:
Ø Menangis atau menutup mata karena
terlalu terang karena ia terlalu peka dengan sinar terang
Ø Mudah teralih oleh stimulus penglihatan
dari luar
Ø Senang bermain dalam suasana gelap
Ø Sulit membedakan warna, bentuk dan
ukuran
Ø Menulis naik turun di kertas tanpa
garis.
Sensorik pengecapan Inputnya didapatkan dari
semua hal yang masuk ke mulut dan juga lidah. Gangguan sensorik pengecapan di
antaranya adalah:
Ø Suka memilih-milih makanan (picky
eater), menolak mencoba makanan baru sehingga lebih senang dengan makanan yang
itu-itu saja
Ø Tidak suka atau menolak untuk sikat gigi
Ø Suka mengemut makanan karena ada
kesulitan dengan mengunyah, menghisap dan menelan
Ø Mengiler
Ø Sering memasukkan barang-barang ke mulut.
Sensorik propioseptif (gerak antar sendi)Input yang
didapatkan berupa gerakan otot dan sendi, akibat adanya tekanan sendi atau
gerakan tubuh. Gangguan sensorik propioseptif di antaranya adalah:
Ø Sering menabrak atau menendang sesuatu
Ø Menggigit atau menghisap jari
Ø Memukul
Ø Menggosokkan tangan pada meja
Ø Tidak bisa diam
Ø Kesulitan dalam naik turun tangga
Ø Kurang keras atau terlalu keras memegang
pensil
Ø Cenderung ceroboh
Ø Menggunakan tenaga berlebihan dalam
mengangkat
Ø Postur yang kurang baik
Ø Menyandarkan kepala pada lengan ketika
sedang belajar
Ø Senang aktivitas lompat-lompat
Ø Suka menabrakkan atau menjatuhkan badan
ke kasur atau orang lain
Ø Sering terserimpet kaki sendiri atau
benda sekitar
Ø Sering menggertak gigi
Ø Pensil patah saat menulis karena terlalu
kuat memberikan tekanan
Ø Terlihat melakukan segala sesuatu dengan
kekuatan panuh.
Sensorik vestibular (keseimbangan) Input yang
didapatkan dari organ keseimbangan yang berada di telinga tengah atau perubahan
gravitasi, pengalaman gerak dan posisi di dalam ruang. Gangguan sensorik
vestibular di antaranya adalah:
Ø Bersikap terlalu waspada atau cenderung
ketakutan
Ø Tidak menyukai aktifitas-aktifitas di
tempat bermain seperti berayun dan berputar
Ø Tidak bisa naik sepeda
Ø Takut naik tangga
Ø Selalu berputar-putar
Ø Meloncat-loncat
Ø Berayun sangat cepat dan waktu yang lama
Ø Mudah jatuh
Ø Menghindari mainan ayunan, naik turun
tangga dan perosotan
Ø Tidak suka atau menghindari naik
eskalator
Ø Takut dengan ketinggian
Ø Senang diayun sampai tinggi
Ø Senang dilempar ke udara.
Sensorik perabaan Input yang didapatkan berasal
dari reseptor di kulit yang bisa berupa sentuhan, tekanan, suhu, rasa sakit dan
gerakan bulu-bulu atau rambut. Gangguan sensorik perabaan di antaranya
adalah:
Ø Tidak suka disentuh/dipeluk
Ø Sering marah bila dalam kerumunan dan
cenderung mengisolir diri dari orang lain
Ø Tidak merasakan rasa sakit
Ø Tidak suka bila dipotong kukunya
Ø Berjalan berjinjit
Ø Tidak mau menggosok gigi
Ø Menyukai makanan dengan tekstur tertentu
Ø Tidak mau atau tidak suka disentuh
Ø Menghindari kerumunan orang
Ø Tidak menyukai bahan-bahan tertentu
Ø Tidak suka rambutnya disisir
Ø Bereaksi berlebihan terhadap luka kecil
Ø Tidak betah dengan segala hal yang
kotor.
Sensorik pendengaran Input yang didapatkan
berasal dari suara-suara di luar tubuh Gangguan sensorik pendengaran di
antaranya adalah:
Ø Mudah teralih perhatiannya ke
suara-suara tertentu yang bagi orang lain dapat diabaikan
Ø Takut mendengar suara air ketika
menyiram toilet, suara vaccum cleaner, hair dryer, suara gonggongan
anjing dan bahkan suara detik jam
Ø Menangis atau menjerit berlebihan ketika
mendengar suara yang tiba-tiba
Ø Senang mendengar suara-suara yang
terlalu keras
Ø Sering berbicara sambil berteriak ketika
ada suara yang dia tidak sukai.
v Terapi sensori integrasi didorong oleh
empat prinsip utama:
Ø Harus Berhasil menerima Tantangan
(anak harus dapat berhasil memenuhi tantangan yang disajikan melalui kegiatan
playful)
Ø Adaptive Response (anak menyesuaikan
perilakunya dengan strategi baru dan berguna dalam menanggapi tantangan yang disajikan)
Ø Keterlibatan aktif (anak akan ingin
berpartisipasi karena kegiatan yang menyenangkan)
Ø Anak Disutradarai (preferensi anak
digunakan untuk memulai pengalaman terapi dalam sesi).
III.
PROFIL ANAK
A.
BIODATA
I.
Identitas Anak :
1.
Nama
:Nazwa
Aliya
2.
Tempat
dan tanggal lahir/umur : Batola,
29 maret 2012
3.
Jenis
kelamin :
Perempuan
4.
Agama :
Islam
5.
Status
anak :
Anak Kandung
6.
Anak
ke dari jumlah saudara : Ke 3
dari 3 bersaudara
7.
Nama
sekolah :
-
8.
Kelas :
-
9.
Alamat :
Komplek Bakti Karya Rt.33 Blok D No.72
Handil Bakti. Batola
B. Identitas
Orang Tua/Wali
1.
Nama
Ayah :
Umar Ali
2.
Umur :
39 tahun
3.
Pendidikan
Terakhir : S1
PGSD
4.
Pekerjaan : PNS
SDN 1 Tarantang
5.
Nama
Ibu :
Masliani
6.
Umur :
38 tahun
7.
Pendidikan
Terakhir : SLTA
8.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
10. Alamat Orang Tua : Komplek
Bakti Karya Rt.33 Blok D No.72
Handil Bakti. Batola
11. Nomer Telp/HP :
0856-5125-3100
B.
Hasil Asesmen
1. Kemampuan Anak
Dari
hasil identifikasi dan asesmen yang saya lakukan dengan alat instrumen telah
menghasilkan kemampuan anak sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan
anak diusianya anak sebagai berikut :
1. Anak dapat berjalan sendiri dengan baik
tanpa bantuan dari orang lain
2. Anak dapat naik sendiri ke atas tempat
tidur dengan ketinggian kurang lebih 70 cm
3. Anak dapat melakukan keseimbangan dengan
cukup baik saat berjalan di atas kayu
4. Anak dapat berdiri dengan satu kaki
5. Anak dapat makan dan minum sendiri walau
berantakan
6. Anak dapat berjalan mundur beberapa
langkah
2. Hambatan
Dari
hasil identifikasi dan asesmen yang saya lakukan dengan alat instrumen asesor terdapat beberapa
hambatan yang dialami anak selama identifikasi dan asesmen berlangsung, berikut
hambatan yang dimiliki anak :
1. Anak mengalami kesulitan melakukan
gerakan pukulan yang terfokus pada satu titik walaupun itu besar sekalipun.
C.
Tindak lanjut
1. Kebutuhan
Dari data yang
didapat ada beberapa yang sangat
dibutuhkan anak untuk masa perkembangannya sebgai berikut :
1. Anak sangat membutuhkan aktifitas yang
berhubungan dengan segala aspek kemampuan anak, untuk memaksimalkan dan
mengembangkan kemampuan dan kreatifitas anak
2. Melakukan hal-hal yang berhubungan
dengan perkembangan dan pertumbuhan anak, demi kelancaran masa belajar
sensomotorik anak guna menghindari hal yang tidak diinginkan terhadap anak yang
diakibatkan fase perkembangan anak yang tidak sempurna.
2.
Rekomendasi
Diharapkan
kepada orangtua anak dalam mengasuh anank untuk melakukan aktifitas yang
kebanyakan anak yang aktif dalam melakukan sesuatu yang itu memang dapat
dilakukan oleh anak, jangan terlalu banyak membantu anak, demi kesempurnaan
fese perkembangan dan pertumbuhan anak yang berlangsung agar kebutuhan
pembelajaran motorik halus dan kasar anak dapt terpenuhi.
D.
Program Pembelajaran Individual
I.
Identitas
Nama : Nazwa Aliya
Usia : 2 Tahun 3 Bulan
Mata Pelajaran :
Pertumbuhan, Perkembangan dan Perkembangan Motorik kasar
Aspek : Sensomotorik
Waktu : 2 x 30 menit
Media : Tongkat, boneka atau patung
II.
Tujuan
Pembelajaran
3.
Tujuan
Jangka Panjang
Aspek
sesomotorik : anak memiliki keterampilan sensomotorik melalui kemampuan memukul
benda untuk kelancaran motorik kasar anak
4. Tujuan Jangka Pendek
a. Kemampuan menggunakan alat pukul
5. Dapat memegang tongkat pemukul dengan
benar
6. Dapat mengatur tangan dan fokus saat
anak melakukan pukulan terhadap suatu benda.
b. Kemampuan membedakan ukuran suatu benda
-
Dapat
mengetahui besar kecilnya suatu benda yang ada di sekitarnya
c. Kemampuan mengarahkan dan fokus terhadap
benda
-
Dapat
memukul benda besar yang ada di depannya
-
Dapat
memukul benda kecil yang ada di depannya
-
Dapat
memukul benda dengan kedua tangan
-
Dapat
memukul benda dengan satu tangan
III.
Materi
Pengajaran
-
Memperkenalkan
alat pukul
-
Memperkenalkan
cara memukul benda dengan benar
-
Memperkenalkan
cara mengarahkan tangan kea rah objek yang ingin dipukul saat memukul
-
Memperkenalkan
cara memukul dengan dua tangan
-
Memperkenalkan
cara memukul dengan satu tangan
IV.
Kegiatan
Pembelajaran
A. Pendahuluan
-
Guru
mengucapkan salam
-
Guru
menyebutkan materi pembelajaran kepada peserta didik
-
Guru
member tahu manfaat mempelajari materi pembelajaran kepada peserta didik
-
Guru
memberikan motivasi kepada peserta didik
-
Guru
mempersiapkan alat untuk pembelajaran (alat pukul,boneka atau patung)
B. Inti
-
Guru
menyebutkan bagian-bagian dari alat pukul
-
Guru
memberi contoh cara menggunakan alat pukul
-
Guru
membimbing peserta didik menggunakan alat pukul
-
Guru
meletakan objek pukul ( Boneka dan Patung) di dua tempat yang berbeda
-
Guru
memberi contoh mengarahkan alat pukul (tongkat) ke arah boneka dan patung
-
Guru
membimbing peserta didik memukul objek
-
Guru
memberi contoh memukul objek dari samping
-
Guru
membantu anak memukul objek dari samping
-
Guru
member contoh memukul objek dari atas
-
Guru
membimbinng anak memukul benda dari atas
C. Evaluasi
-
Guru
memberikan latihan kepada peserta didik mengarahkan arah pukulan dengan tepat
ke objek yang ingin dipukul
-
Guru
meletakan benda yang jadi objek pukul di beberapa tempat dan memerintahkan
kepada peserta didik untuk memukul kesemua benda tersebut
D. Penutup
-
Guru
membuat kesimpulan bersama peserta didik dari segala penjelasan.
-
Guru
menutup kegiatan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut
pandangan para ahli biologi “pertumbuhan” diartikan sebagai suatu penambahan
dalam ukuran bentuk, berat atau pikiran dimensif dari pada tubuh dan
bagian-bagiannya. Sedangka kata “perkembangan” dimaksudkan untuk menunjukan
perubahan-perubahan dalam bentuk/bagian tubuh dan integrasi ke dalam suatu
kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung.
Definisi
Sensomotorik : Adanya suatu rangsangan (inout) pada sensori atau pancaindera
yang di informasikan ke kortex (otak tengah) lalu di olah oleh Hemisphere atau
otak besar dan disalurkan ke otot sebagai output atau raksi manusia.
Penderita gangguan Sensory processing
disorder atau disingkat SPD mempunyai manifestasi tidak merespon terhadap
rangsang dari sekitarnya dengan wajar. Misalnya anak yang sangat tidak suka
dengan bunyi-bunyian yang menurutnya terlalu keras atau tidak tahan dengan
tekstur tertentu atau sebaliknya tidak pernah merasa capek dan sakit.
Ada
7 sistem indera yang menjadi perhatian dalam Sensori integrasi yakni,
pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman, taktil (perabaan) , vestibular
(kesigapan tubuh), dan proprioseptif (posisi dalam ruang).
Ø Organ vestibular terletak di mata, kanal
dalam telinga, dan otak kecil. Fungsinya sebagai pengatur informasi dan
pengatur kesigapan dan keseimbangan gerak tubuh. Bila organ ini bekerja baik,
kita dapat dengan mudah mengatur gerak tubuh ke arah atas-bawah, kanan-kiri,
depan-belakang dan membedakannya dengan baik.
Ø Sistem proprioseptif adalah otot, sendi,
dan ligamen. Sistem indera ini juga membantu kita dalam bergerak dan
menyesuaikan posisi di dalam ruang.
DAFTAR PUSTAKA
Ben-Sasson A, Hen L, Fluss R, Cermak
SA, Engel-Yeger B, Gal E (2008). “A
Meta-Analysis Of Sensory Modulation Symptoms In Individuals With Autism
Spectrum Disorders”. "J Autism Dev
Disord" *39* (1): 1–11.
Brown S, Shankar R, Smith K, et al.
Sensory Processing Disorder In Mental
Health. Occupational Therapy News 2006; May:28-29.
Effendi, Usman dan Juhaya.1989. Pengantar Psikologi. Bandung. Angkasa.
Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi umum. Bandung. CV Pustaka Setia.
Harriet G. William. 1983. Perceptual And Motor Development. WSA: Prentiee-Hall, Inc.
Hembing Wijayakusuma. 2004. Psikoterapi Anak Autism. Jakarta: Pustaka Popular Obor.
Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabet. Terjemahan Psikologi Perkembangan Edisi 5.Jakarta:
Erlangga.
Husdarta. Kusmaedi, Nurlan. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Alfabeta.
Joanne Flanagan (2009). “Sensory Processing Disorder”
Natalie Russo et al. Multisensory Processing In Children With
Autism: High-Density Electrical Mapping Of Auditory-Somatosensory
Integration. Autism Research, August 17, 2010
Ratih Zimmer Gandasetiawan. 2009. Mendesain Karakter Anak Melalui Sensomotorik.
Jakarta: Libri
Ratih Zimmer Gandasetiawan. 2009. Mengoptimalkan IQ & EQ Anak Melalui
Metode Sensomotorik. Jakarta. Libri
Rumini,Sri
dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak
Dan Remaja.Jakarta: PT. Asdi Mahatsya.
Salim,
Abdul. 2007. Pediatri. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung. CV Pustaka
Setia.
Widyastuti,
Danis dan Retna Widyari. 2001. Perkembangan
Anak 0-1 Tahun. Jakarta: Puspa Suara.
LAMPIRAN
IDENTIFIKASI
I.
PROFIL
II.
Identitas Anak :
1.
Nama
:NAzwa
Aliya
2.
Tempat
dan tanggal lahir/umur : Batola,
29 maret 2012
3.
Jenis
kelamin :
Perempuan
4.
Agama :
Islam
5.
Status
anak :
Anak Kandung
6.
Anak
ke dari jumlah saudara : Ke 3
dari 3 bersaudara
7.
Nama
sekolah :
-
8.
Kelas :
-
9.
Alamat :
Komplek Bakti Karya Rt.33 Blok D No.72
Handil Bakti. Batola
C.
Riwayat Kelahiran :
1. Perkembangan masa kehamilan : Baik
2. Penyakit pada masa kehamilan : Tidak Ada
3. Usia kandungan : 9 Bulan
4. Riwayat proses kelahiran :
5. Tempat kelahiran : RS Suaka Insan
6. Penolong proses kelahiran : Dokter
7. Gangguan pada saat bayi lahir : -
8. Berat bayi : 3,2 Kg
9. Panjang bayi : 52cm
10. Tanda-tanda kelainan pada bayi : Tidak Ada
C. Perkembangan Masa Balita :
1.
Menetek
ibunya hingga umur :
1,8 bulan
2.
Minum
susu kaleng hingga umur :
Sekarang
3.
Imunisasi
(lengkap/tidak) :
Lengkap
4.
Pemeriksaan/penimbangan
rutin/tdk : Rutin
5.
Kualitas
makanan :
Baik
6.
Kuantitas
makan :
Baik
7.
Kesulitan
makan (ya/tidak) :
Tidak
D. Perkembangan Fisik :
1.
Dapat
berdiri pada umur :
1 tahun
2.
Dapat
berjalan pada umur :
1 tahun 1 minggu
3.
Naik
sepeda roda tiga pada umur :
-
4.
Naik
sepeda roda dua pada umur :
Belum bisa
5.
Bicara
dengan kalimat lengkap :
-
6.
Kesulitan
gerakan yang dialami :
Tidak ada
7.
Status
Gizi Balita (baik/kurang) :
Baik
8.
Riwayat
kesehatan (baik/kurang) :
Baik
9.
Penggunaan
tangan dominan :
Tangan kanan
Nama Orang Tua :
Masliani
Alamat :
Komplek Bakti Karya Rt.33 Blok D No.72 Handil Bakti-Batola
Tanggal :
29 Maret 2012
Nomer Telepon :
0856-5125-3100
Teks
Wawancara :
No.
|
Pertanyaan
|
Deskripsi
|
1.
|
Bagaimana keseharian
anak di rumah ?
|
Sering
bermain sendiri, nonton TV susuah untuk di ajak tidur siang
|
2.
|
Bagaimana gambaran
sikap yang ditunjukkan anak saat berada di lingkungan yang baru dikenalnya ?
|
Diam, melihat
lihat ke segala arah di sekitarnya, dan bertanya kepada orang tuanya jika dia
melihat orang yang tidak dikenalnya
|
3.
|
Bagaimana interaksi/komunikasi
antar bpak/ibu terhadap anak ?
|
Anak sering berjalan
– jalan sendiri di sekitar rumah dan aktif dalam berbicara
|
4.
|
Bagaimana
perkembangan anak sejauh ini ?
|
Anak selalu
aktif dengan aktivitasnya
|
5.
|
Bagaimana pertumbuhan
anak sejauh ini ?
|
Proses
penambahan berat badan dan tinggi anak baik
|
6.
|
Sejauh ini apakah ada
perkembangan atau pertumbuhan yang terlewati/terhambat ?
|
Tidak ada
satupun fase perkembangan yang terlewati
|
7.
|
Sampai sejauh ini,
apakah bpak/ibu rutin memberikan imunisai kepada anak ?
|
Orang tua anak
secara rutin memberikan imunisasi kepada anaknya
|
8.
|
Apakah anak pernah
mengalami sakit yang menyebabkan anak harus di opname ?
|
Belum pernah
|
9.
|
Dalam berbagai
aktivitas, apakah anak banyak
diberikan bantuan ?
|
Hanya dalam
beberapa aktifitas, dan jarang untuk meminta bantuan.
|
ASESMEN
KISI-KISI INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN DAN
PERTUMBUHAN ANAK USIA 3,5 TAHUN
Keterampilan
|
Sub
Keterampilan
|
Indikator
|
Perkembangan
dan Pertumbuhan Anak Usia 3,5 Tahun
|
Perkembangan
dan Pertumbuhan Fisik
|
1.
Organ Tubuh
|
Perkembangan
Motorik
|
1.
Motorik Halus
|
|
2.
Motorik Kasar
|
||
Perkembangan
Bahasa
|
1.
Keterampilan anak dalam
menyampaikan (ekspresi)
bahasa dan komunikasinya.
|
|
Perkembangan
Sosial Emosi
|
1.
Adaptasi
|
|
2.
Interaksi dan komunikasi
|
||
3.
Perilaku Agresif (marah)
dan Perilaku Impulsive
|
BUTIR-BUTIR INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN DAN
PERTUMBUHAN ANAK USIA 1,2 TAHUN
Indikator
|
Butir
Instrumen
|
Penilaian
|
Deskripsi
|
||||
K
|
C
|
SB
|
|||||
Organ
Tubuh
|
1. Memiliki
berat badan yang sesuai dengan usia anak
|
|
|
√
|
|
||
2. Memiliki
tinggi badan yang sesuai dengan usia anak
|
|
|
√
|
|
|||
3. Memiliki
lingkar kepala yang sesuai dengan usia anak
|
|
|
√
|
|
|||
4. Tumbuhnya
gigi seri pada anak
|
|
|
√
|
Tumbuh
diusia ± 1,5 tahun
|
|||
5. Tumbuhnya
gigi graham pada anak
|
|
|
√
|
Tumbuh
diusia ± 2,5 tahun
|
|||
Motorik
Halus
|
1. Anak
diminta menggenggam alat pukul tongkat
|
|
√
|
|
Dapat
memegang tongkat namun kurang erat
|
||
Motorik
Kasar
|
1. Anak
diminta berdiri dengan satu kaki
|
|
|
√
|
|
||
2. Anak
diminta berdiri diatas selembar papan
|
|
√
|
|
|
|||
2. Anak
diminta duduk di kursi
|
|
|
√
|
|
|||
3. Anak
diminta duduk di atas sepeda motor
|
√
|
|
|
|
|||
4. Anak
diminta menendang bola kedepan
|
|
√
|
|
|
|||
Anak
diminta menendang bola kebelakang
|
√
|
|
|
Anak
masih kebingungan katika mendengar instruksi
|
|||
Keterampilan
anak dalam menyampaikan (ekspresi) bahasa dan komunikasinya
|
3. Anak
diminta menendang bola sambil berlari
|
|
√
|
|
Sering
tidak mengenai bola saat menendang
|
||
4. Anak
diminta melompat dengan kedua kaki
|
|
|
√
|
|
|||
Anak
diminta melompat dengan satu kaki
|
|
√
|
|
|
|||
5. Anak
diminta memanjat ke bidang yang miring
|
√
|
|
|
|
|||
6. Anak
diminta melempar bola tenis dengan kedua tangan
|
|
|
√
|
|
|||
7. Anak
diminta melempar bola tenis dengan satu tangan
|
|
√
|
|
|
|||
8. Anak
diminta menangkap bola tenis dengan kedua tangan
|
√
|
|
|
|
|||
9. Anak
diminta menangkap bola tenis dengan satu tangan
|
√
|
|
|
Ada
usaha dari anak untuk menangkap namun terlepas dari tangan anak
|
|||
10.
Anak diminta
menyebutkan namanya
|
|
|
√
|
|
|||
11. Anak
diminta menyebutkan nama saudaranya
|
|
|
√
|
|
|||
12. Anak
diminta menyebutkan nama orang tuanya
|
|
|
√
|
|
|||
13. Anak
diminta menirukan suara hewan “kucing”
|
|
|
√
|
|
|||
14. Anak
diminta menirukan suara hewan “ayam”
|
|
|
√
|
|
|||
15. Anak
dapat menerima kedatangan orang yang baru dikenalnya
|
|
√
|
|
|
|||
Adaptasi
Interaksi dan komunikasi
|
1. Anak
dapat langsung bermain dengan orang yang baru dikenalnya
|
√
|
|
|
|
||
2. Anak
dapat mengekspresikan dirinya saat berkumpul dengan keluarganya atau orang
lain
|
|
√
|
|
|
|||
3. Anak
mau berbagi dengan temannya
|
|
√
|
|
|
|||
4. Anak
berbicara dengan dengan sopan
|
|
|
√
|
|
|||
5. Anak
dapat mengajak temannya bermain bersama
|
|
√
|
|
|
|||
1. Anak
mampu menahan amarahnya ketika tidak diperbolehkan bermain
|
√
|
|
|
|
|||
Perilaku Agresif (marah) dan Perilaku
Impulsive
|
16.
Anak mampu
tidak merebut mainan dari temannya
|
|
|
|
|
||
17.
Anak mampu
menahan amarahnya ketika apa yang diinginkannya tidak dipenuhi
|
√
|
|
|
Anak
menangis saat anak apa yang diinginkannya tidak dipenuhi
|
|||
2. Anak
dapat menunggu giliran dengan baik
|
|
|
|
|
|||
|
|||||||
Keterangan :
K :
Kurang
C :
Cukup
SB : Sangat Baik
SKALA PENILAIAN GANGGUAN SENSORY
SKALA
PENELIAIAN GANGGUAN SENSORY
Sistem Indera Taktil
(Peraba dan Perasa)
Aspek Sensory
|
Tidak Ada
|
Kadang Kadang
Ada
|
Ada
|
1.
Sulit
untuk di peluk, menolak atau bahkan memukul
2.
Menolak
di sentuh
3.
Minta
di belai atau di usap
4.
Sulit
makan, karena sulit menelan
5.
Sering
memuntahkan makanan
6.
Tidak
mau mencicipi makanan yang tidak dikenal
7.
Sering
merasa jijik dengan benda yang kental dan licin
8.
Disorientasi
( sulit / sering kebingungan dengan tempat yang baru di kunjungia
9.
Takut
mencoba
10.
Sering
merusak benda-benda di sekitarnya atau mainan nya sendiri
11.
Sulit
mengontrol diri di tengan orang banyak
12.
Pasif
13.
Suka
makanan yang panas
14.
Sulit
tidur di permukaan yang kasar
15.
Suka
di tempat yang sejuk
16.
Takut
kepada orang yang baru di kenal
|
0
0
0
0
0
0
0
0
0
|
1
1
1
|
2
2
2
2
|
Skala
Penghitungan : 0 untuk Tidak ada
1 untuk Kadang-kadang
ada
2 untuk ada
Sistem Indera
Vestibular (Keseimbangan Tubuh)
Aspek Sensory
|
Tidak Ada
|
Kadang-Kadang
Ada
|
Ada
|
1.
Anak
menjadi hiperaktif
2.
Anak
gelisah atau tidak bisa diam duduk dikursi
3.
Sering
tampak murung
4.
Sulit
konsentrasi di ajak berteman
5.
Sulit
bermain dengan tenang
6.
Tidak
bisa diganggu saat bermain
7.
Suka
bermain sendiri
8.
Mengoceh
sendiri
9.
Sulit
tertawa
10.
Cenderung
ketakutan
11.
Takut
naik tangga
12.
Mudah
jatuh
13.
Takut
ketinggian
14.
Tidak
suka atau menghindari naik eskalator
|
0
0
0
0
|
1
1
1
1
1
1
|
2
2
2
2
|
Skala
Penghitungan : 0 untuk Tidak ada
1 untuk
Kadang-kadang ada
2 untuk ada
Sistem Indera
Proprioseptif (Gerakan Tubuh)
Aspek Sensory
|
Tidak Ada
|
Kadang-Kadang
Ada
|
Ada
|
1.
Sering
mematahkan alat tulis
2.
Menekan
pensil terlalu keras atau terlalu lemah saat menulis
3.
Tidak
dapat duduk dengan rapi dan tenang
4.
Selalu
mengganggu teman disebelahnya
5.
Sering
menjatuhkan benda-benda di sekitarnya
6.
Senang
mendorong atau menarik meja
7.
Sering
menabrak atau menendang sesuatu
8.
Menggigit
atau menghisap jari
9.
Senang
aktivitas melompat-lompat
10.
Menggunakan
tenaga berlebihan saat mengangkat
|
0
0
0
|
1
1
1
1
|
2
2
|
Skala
Penghitungan : 0 untuk Tidak ada
1 untuk
Kadang-kadang ada
2 untuk ada