Allah Hummashalli Alla Muhammad, Wa Alla Alli Sayyidina Muhammad

Thursday, 25 September 2014

Hasil Asesmen Sensomotorik Pada anak Usia Dini



BAB I
PENDAHULUAN
       I.            Latar Belakang
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak berkembang sangat cepat. Seorang anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang sampai dewasa agar dapat berguna bagi masyarakat. Walaupun pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada orang dewasa, misalnya mengenai makan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang, misalnya keperluan dan lingkungan anak pada waktu tertentu agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya.
Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena sel-sel dan jaringan di antara sel bertambah banyak. Selama pembiakan, sel berkembang menjadi sebuah alat (organ) dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ ini masih sederhana dan fungsinya belum sempurna. Lambat laun organ tersebut dengan fungsinya akan tumbuh dan berkembang menjadi organ yang matang, seperti yang diperlukan orang dewasa. Dengan demikian pertumbuhan, perkembangan dan kematangan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain.
Kehidupan individu dimulai sejak masa  konsepsi, yaitu saat bertemunya sel yang berasal dari ayah (sperma) dengan sel telur yang berasal dari ibu (ovum). Dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya, individu mengalami interaksi antara kemampuan dasar/pembawaan dengan lingkungan.Para ahli psikologi dan pendidikan, mengakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia, mengalami proses menurut hukum waktu yang satu sama lain tidak sama cepat atau lambatnya, fase-fase kepekaannya dan sebagainya, akan tetapi bagaimnapun juga pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang bersifat integral sebagai manusia seutuhnya.
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut. perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah perkembangan intelektual dan bahasa.
Perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu (Langeveld). Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya. Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula.
    II.            Tujuan Penulisan
Agar dapat mengidentifikasi dan asesmen setiap fase perkembangan dan pertumbuhan anak, serta lebih mendalami keilmuan tentang perkembangan dan pertumbuhan khususnya tentang Sensory pada anak.





BAB II
KAJIAN TEORI
       I.            Pertumbuhan dan Perkembangan
A.    Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Menurut pandangan para ahli biologi “pertumbuhan” diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau pikiran dimensif dari pada tubuh dan bagian-bagiannya. Sedangka kata “perkembangan” dimaksudkan untuk menunjukan perubahan-perubahan dalam bentuk/bagian tubuh dan integrasi ke dalam suatu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Jadi pertumbuhan dapat diukur sedangkan perkembangan hanya dapat diamati dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam bentuk ketika terjadi dan dalam bentuk-bentuk tingkah laku ketika telah tercapai kematangan.Menurut Kasiram, pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran atau fungsi-fungsi mental, sedangkan perkembangan mengandung makna adanya pemunculan hal yang baru. Pada peristiwa pertumbuhan, dalam pandangan Kasiram, tampak adanya perubahan jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah ada, sedangkan dalam peristiwa perkembangan, tampak adanya sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya (Kasiram, 1983: 23). Dalam kaitan itu, Moh. Kasiram memberi contoh. Pohon mangga kecil menjadi besar adalah peristiwa pertumbuhan. Anak ayam kecil menjadi anak ayam besar juga peristiwa pertumbuhan. Akan tetapi, kata Kasiram, perubahan dari telur mrnjadi anak ayam adalah peristiwa perkembangan. Peristiwa perubahan sel telurdengan sperma dalam kandungan ibu sampai menjadi anak adalah peristiwa perkembangan.Secara lebih luas, Dictionary of Psychology memerinci pengertian perkembangan manusia sebagai berikut:
1.      "The progressive and continuous change in the organism from birth to death"; perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan terus menerus dalam diri organisme sejak lahir hingga mati.


2.      "Growth"; perkembangan itu berarti pertumbuhan.
3.      "Change in the shape and integration of bodily parts into functional parts"; perkembangan berarti pertumbuhan dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian yang bersifat jasmaniah ke dalam bagian-bagian yang fungsional.
4.      "Maturation or the appearance of fundamental pattern of unlearned behavior"; perkembangan adalah kematangan atau kemunculan pola-pola dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar.

B.     Fase-Fase Dan Tugas Perkembangan
1.      Fase Dan Tugas Perkembangan Menurut Buhlera.
a.       Fase pertama (0-1 tahun)Fase ini adalah masa menghayati berbagai objek diluar diri sendiri serta saat melatih fungsi-fungsi, khususnya fungsi motorik, yakni fungsi yang berhubungan dengan gerakan-gerakan anggota badan.
b.      Fase kedua (2-4 tahun)Fase ini merupakan masa pengenalan dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan penghayatan yang bersifat subjektif. Mulai ada pengenalan pada “aku” sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan pengamatan yang objektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada benda-benda diluar dirinya.
c.       Fase ketiga (5-8 tahun)Fase ini bisa dikatakan sebagai masa sosialisasi anak. Pada masa ini, anak mulai memasuki masyarakat luas (misalnya, taman kanak-kanak, pergaulan dengan kawan-kawan sepermainan, dan sekolah dasar). Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar secara objektif. Ia mulai belajar mengenal arti prestasi, pekerjaan, dan tugas-tugas kewajiban. Jadi yang penting diperhatikan pada fase ini adalah berlangsungnya proses sosialisasi.
d.      Fase keempat (9-11 tahun)Pada perode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar; masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi.
e.       Fase kelima (14-19 tahun)Fase ini merupakan masa tercapainya synthese diantara sikap kedalam batin sendiri dengan sikap keluar,pada dunia objektif. Untuk kedua kali dalam kehidupannya, anak bersikap subjektif (subjektivitas pertama terdapat pada fase kedua, yaitu usia 3 tahun). Namun subjektivitas kali ini dilakukan dengan sadar.

2.      Fase Dan Tugas Perkembangan Menurut Hurlocka.
a.       Prenatal (sebelum lahir) atau pralahirPrenatal ini mulai konsepsi sampai umur 9 bulan dalam kandungan ibu.
b.      Masa natal
1)      Infancy atau neonates (dari lahir-14 hari)Fase ini merupakan fase penyesuaian terhadap lingkungan. Pada masa ini, bayi mengalami masa tenang dan tidak banyak terjadi perubahan.
2)      Masa bayi (antara 2 minggu-2 tahun)Masa ini dimulai pada masa ketika anak sangat bergantung pada lingkungan dan kemudian kerena perkembangan anak mulai berusaha menjadi lebih independen.
3)      Masa anak (2-10/11 tahunTanda-tanda khas: usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga ia merasa bahwa dirinya merupakan sebagian dari lingkunagn yang ada. Penyesuaian sosial dilaksanakan dengan pergaulan dan berbagai pertanyaan. Ketika usia anak mencapai 3 tahun, masa ini dikenal sebagai masa sturn und Drang dan periode haus nama. Usia 6 tahun merupakan masa penting untuk proses sosialisasi.

c.       Masa remaja (11/12-20/21 tahun)
1)      Praremaja (11/12-13/14)Dikataka juga sebagai fase negatif. Fase yang sukar untuk anak dan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh, terutama seks juga mengganggu.
2)      Remaja awal (13/14-17 tahun)Perubahan-perubahan fisik terjadi sangat pesat dan mencapai pucaknya. Ketidak seimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada masa ini.
3)      Remaja lanjut (17-20/21 tahun)Dirinya ingin selalu menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan diri. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energy yang besar.
d.      Dewasa
1)      Dewasa awal (21-40 tahun)Tahap ini adalah masa penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru dan harapan mengembangkan sifat-sifat, nilai-nilai yang serba baru.
2)      Dewasa menengah (40-60 tahun)Tahapan dewasa menengah merupakan masa transisi, masa menyesuaikan kembali, masa equilibrium-diseqluibrium.

3.      Fase dan tugas perkembangan menurut Eriksona.
a.       Masa bayi (0-1,5 tahun)Masa bayi merupakan masa ketergantungan dan masa membutuhkan pertolongan orang lain, suatu masa yang menuntut kesabaran orang tua.
b.      Masa toddler (1,5 tahun-3 tahun)Pada masa ini, anak menggunakan kemampuan bergerak sendiri untuk melaksanakan dua tugas penting. Pertama, pemisahan diri dari ibu dan lain-lainnya. Kedua, mulai menguasai diri,lingkungan, dan keterampilan dasar untuk hidup.
c.       Awal masa kanak-kanak (4-7 tahun)Pada tahapan ini, pusat perhatian anak berubah dari benda kepada orang. Si anak beralih dari bermain sendiri menju bermain bersama. Sosialisasi  merupakan tema pokok. Si anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya. Tugas-tugas yang telah dimulai pada masa toddler, dikembangkan lebih lanjut. Si anak diharapkan untuk makan sendiri dan berpakaian sendiri dan berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
d.      Akhir masa kanak-kanak (8-11 tahun)Masa ini adalah masa untuk berkelompok dan berorganisasi. Penerimaan oleh teman-teman seusia adalah penting. Inilah waktu yang baik untuk memperkenalkan pekerjaan rumah tangga serta mengajarkan penggunaan uang dengan tepat. Tak seorangpun menginginkan bekerja terlalu berat dan terlalu lama; demikian juga anak-anak. Tema pada masa ini adalah kerajinan. Energy si anak dapat diarahkan pada tugas-tugas sosial yang terorganisasi.
e.       Awal masa remaja (12-15 tahun)Pada masa ini, anak mulai berubah-rubah, terpusat pada diri sendiri, seks dan tubuhnya. Tugas-tugas dan latihan atletik lebih didahulukan daripada kegiatan-kegiatan keluarga, seperti makan dan pergi bersama. Awal masa remaja merupakan suatu masa transisi.
f.       Masa remaja yang sejati (16-18 tahun)Pada tahapan ini, kemenduaan dalam masa transisi akan berkurang. Si remaja yang merasa cukup aman dalam identitasny, harus menghadapi pilihan-pilihan yang akan membentuk sisa hidupnya. Pemilihan tujuan hidup merupakan tema pokok.
g.      Awal masa dewasa (19-25 tahun)Tema awal masa dewasa adalah kemandirian. Tanggapan orang tua yang bijaksana adalah tanggapan yang memperluas persahabatan dengan anak-anak mereka sebelumnya masih bergantung kepada mereka.
h.      Kedewasaan dan masa tua (25 tahun ke atas)Masa dewasa merupakan fase generativitas (menciptakan) yang selalu dihadapkan pada awal stagnasi. Masa ini ditandai dengan adanya perhatian yang tercurah pada anak-anak, keahlian produktif, keluarga, dan pekerjaan. Sifat mengasuh pada wanita tampak sangat dominan. Pada masa tua ini adalah kebijaksanaan dan pelepasan.

4.      Fase dan tugas perkembangan menurut havighursa.
a.       Periode bayi dan anak kecil
Berjalan belajar, belajar makan makanan padat, belajar berbahasa, control badan, stabilitas psikologik, belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang lain, pembentukan pengertian sederhana; realita fisik dan realita sosial, belajar apa yang benar dan apa yang salah, perkembangan kata hati.
b.      Anak sekolah
Ketangkasan fisik, sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme yang tumbuh, belajar peranan jenis kelamin, kontak-kontak dengan teman-teman sebaya, belajar sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga, belajar membaca, menulis, berhitung, belajar pengertian-pengertian kehidupan sehari-hari. Perkembangan moralitas skala nilai-nilai.
c.       Masa muda (pubertas, adolesensi)
Menerima keadaan jasmaniah. Menerima peranan jenis persiapan menikah dan mempunyai keluarga, belajar lepas orang tua secara emosional, belajar bergaul dengan kelompok anak wanita/anak laki-laki. Belajar tanggung jawab sebagai warga Negara, menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial. Perkembangan skala nilai secara sadara perkembangan gambaran dunia yang adekwat. Persiapan mandiri secara ekonomis pemilihan dan latihan jabatan.
d.      Masa dewasa muda
Memilih jodoh, belajar hidup dengan suami/istri mulai membentuk keluarga, mengasuh anak, mengemudikan rumah tangga, menemukan kelompok sosial. Menerima tanggung jawab warga negara. Mulai bekerja.
e.       Usia tengah baya
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap percobaan fisik dan fisiologik. Pasangan dipandang sebagai person, menolong anak-anak muda menjadi dewasa. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara usia secara penuh. Mencapai dan mempertahankan standar hidup ekonomi. Merealisasikan kesantaian.
f.       Masa dewasa lanjut
Penyesuaian terhadap kekuatan fisik yang menurun. Menyesuaikan diri dengan kematian teman hidup, menemukan relasi dengan kelompok sebaya. Memenuhi kewajiban-kewajiban social dan warga Negara. Penyesuaian dengan gaji yang berkurang dan keadaan pension. Merealisasikan keadaan hidup fisik yang sesuai.

C.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
1.      Aliran Nativisme Atau Aliran Pembawaan
Nativisme (nativism) merupakan sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860), seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan “kacamata hitam”. Mengapa begitu? Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut “pesimisme pedagogis” (Syah, 1995).Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moynagnya maupun karena memang ditakdirkan demikian. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula anak itu kelak. Begitu pula sebaliknya, andaikata anak itu berpembawaan buruk, buruk pula pada masa kedewasaannya. Oleh sebab itu, menurut aliran ini, pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya.Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir kedunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu bapak atau nenek dan kakek.  Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit.

2.      Aliran Empirisme Atau Aliran Lingkungan
Aliran empirisme merupakan kabalikan dari aliran nativisme, denga tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “the school of british empiricism” (aliran empirisme inggris). Akan tetapi, aliran ini lebih berpengaruh pada para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relative masih baru (reber, 1988; Syah, 1995).Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang beru lahir laksana kertas yang putih bersih atau semacam tabula rasa (tabula= meja, rasa=lilin), yaitu meja yang bertutup lapisanlilin putih. Kertas putih bersih dapat ditulis dengan tintawarna apapun, dan warna tulisannya akan sama dengan warna tinta tersebut. Begitupula halnya dengan meja yang berlilin, dapat di cat dengan berwarna-warni, sebelum ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan kertas putih yang bersi, sedangkan warna tinta diumpamakan sebagai lingkungan (pendidikan) yang akan berpengaruh terhadapnya. Pendidikan dapat membuat anak menjadi baik atau buruk. Pendidikan dapat memegang peranan penting dalam perkembangan anak, sedangkan bakat pembawaannya bisa ditutup dengan serapat-rapatnya oleh pendidikan itu.

3.      Aliran konvergensi atau aliran persesuaian
Aliran ini pada intinya merupakan perpadduan antara pandangan nativisme dan empirisme, yang keduanya dipandang sangat berat sebelah. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama aliran konvergensi adalah Louis William Stern (1871-1938), seorang filsuf sekaligus psikolog jerman. Stern dan para pengikutnya, dalam menetapkan faktor yang memengaruhi perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman, juga tidak berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.

    II.            Perkembangan Sensomotorik
A.       Pengertian Sensomotorik
Definisi Sensomotorik : Adanya suatu rangsangan (inout) pada sensori atau pancaindera yang di informasikan ke kortex (otak tengah) lalu di olah oleh Hemisphere atau otak besar dan disalurkan ke otot sebagai output atau raksi manusia.
Anak akan belajar dengan sendirinya untuk dapat menemukan keseimbangan antara emosi dan penyaluran energy melalui kematangan gerakan koordinasi tubuh dari masing-masing anak yang didapat dari pengalamannya. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak bertujuan agar memberikan rasa kemandirian, keseimbangan kejiwaan dan yang juga mensupport serta mempertajam pola pikir anak.
Pembeljaran semacam ini harus dilakukan secara bertahap dan teratur, umumnya bila dilakukan dengan benar maka setelah pertemuan yang ke 8 akan terlihat perubahan perilaku yang signifikan pada anak. Metoda ini sangat dikenal dan dikembangkan di Negara-negara maju sebagai bagian yang terpenting dalam dunia pendidikan anak usia 2,5 hingga 7 tahun. Dengan kita mendidik gerakan koordinasi tubuh anak anak melalui sensomotorik ternyata dapat membantu anak untuk menylurkan potensi berpikir, potensi belajar dan potensi emosi yang lebih baik. Dan juga bagi mereka yang sulit mengumpulkan energinya untuk berkonsentrasi disini anak akan belajar untuk bisa lebih fokus.

B.     Model Pembelajaran melalui Sensomotorik :
1.      Pembelajaran Psiko Motor
Merupakan satu sistem pembelajaran yang memberikan input pada olah gerak tubuh (kinestetik) dan bertujuan membangun perkembangan fisik, pikiran dan emosi secara keseluruhan atau holistic (Peningkatan PSIKOSOSIOEMOSIONAL anak)
2.      Pembelajaran Audio Motor
Merupakan suatu sistem pembelajaaran yang bertujuan khusus untuk membangun dan meningkatkan konsentrasi pendengaran yang memadukan motorik planning (melatih gerak terencana) dan orientasi waktu, selain itu juga meningkatkan komunikasi anak secara keseluruhan.
3.      Pembelajaran Visual Motor
Merupakan suatu sistem pembelajaran yang bertujuan khusus untuk membantu perpaduan koordinasi visual (mata), audiotory (telinga) dengan gerakan output dari motorik halus dan kasar, selain itu juga meningkatkan perkembangan persepsi ruang dan kognisi secara keseluruhan.
Perpaduan dari sistem pembelajaran seperti ini kita akan segera menemukan pada anak ketertarikan untuk menuliskan apa yang mereka dengar. Untuk ini ada test Kematangan Dasar atau sekarang kita sebutkan TKD pada anak melalui test ini kita bisa melihat anak siap atau tidaknya untuk masuk sekolah dasar
C.     Tujuan dari pelatihan Sensomotor atau aktivitas seluruh olah tubuh merupakan suatu promosi dari kualitas EQ dan IQ anak yang optimal, yang didapat dari:
Ø  Sistem indera (sensori) yang terasah.
Ø  Kemampuan mengembangkan koordinasi propioseptip
Ø  Disertai dengan strategi, pola piker (persepsi) dan kesadaaran tubuh (Body Awareness) yang baik pula.
Pengolahan program sensomotorik yang juga disebut sebagai pelatihan aktivitas olah tubuh yang tepat di tempatkan di sekolah-sekolah yang bisa dimulai dariusia play group sampai dengan usia remaja, merupakan salah satu subjek penting di dalam kurikulum (Flemming, 1968).
Dengan penampilan fisik dan koordinasi tubuh yang terarah pada anak yang didapat dari aktivitas gerak tubuh yang baik akan memberikan pengaruh positif pada kemampuan anak dalam berkomunikasi, pada kemampuan kognisi anak dalam mengatasi berbagai permasalahan yang muncul dalam dirinnya, terutama dalam cara dia berinteraksi dengan orang lain (Herm, 1997)
Program sensomotorik juga dapat membantu anak dalam mengembangkan integritas untuk memunculkan daya kreativitasnya dan juga dapat mengimprovisasikan dirinya ke dalam kemampuan akademisnya. Kemampuan dasar yang harus ada pada anak, yaitu :
Ø  Kecepatan merespons sesuatu
Ø  Kemampuan untuk berkonsentrasi
Ø  Kemampuan untuk melatih control diri
Ø  Kesadaran diri mengenai waktu dan tempat (Body Orientasi), kapan, berapa lama dan dimana mereka berada.

D.    Gangguan Proses Sensoris atau Sensory Processing Disorder
Penderita gangguan Sensory processing disorder atau disingkat SPD mempunyai manifestasi tidak merespon terhadap rangsang dari sekitarnya dengan wajar. Misalnya anak yang sangat tidak suka dengan bunyi-bunyian yang menurutnya terlalu keras atau tidak tahan dengan tekstur tertentu atau sebaliknya tidak pernah merasa capek dan sakit.
Pengolahan gangguan sensorik atau SPD adalah gangguan neurologis yang menyebabkan kesulitan dengan mengambil kegiatan pengolahan, dan menanggapi informasi sensorik tentang lingkungan dan dari dalam tubuh sendiri (visual, auditori, taktil, penciuman, pengecapan, vestibular, dan proprioception).
Bagi mereka diidentifikasi memiliki SPD, informasi sensorik dapat merasakan dan dirasakan dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang lain. Tidak seperti kebutaan atau tuli, informasi sensorik dapat diterima oleh orang-orang dengan SPD, perbedaannya adalah informasi yang sering terdaftar, ditafsirkan dan diproses secara berbeda oleh otak. Hasilnya bisa cara yang tidak biasa menanggapi atau berperilaku, menemukan hal-hal yang sulit untuk dilakukan. Kesulitan biasanya dapat hadir sebagai kesulitan perencanaan dan pengorganisasian, masalah dengan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari (self care, pekerjaan dan kegiatan santai), dan untuk beberapa kasus dengan sensitivitas yang ekstrim, masukan sensorik dapat mengakibatkan penghindaran ekstrim kegiatan, agitasi, kesedihan, ketakutan atau kebingungan.
Istilah SPD sekarang mulai sering digunakan meskipun tidak melalui  kontroversi bukan seperti disfungsi integrasi sensorik yang sebelumnya digunakan oleh terapis okupasi A. Jean Ayres sebagai bagian dari teori bahwa defisit dalam pengolahan dan interpretasi dari sensasi dari tubuh dan lingkungan dapat menyebabkan sensorimotor dan masalah belajar pada anak-anak. Teori secara luas diakui, tetapi juga telah menimbulkan kontroversi yang luar biasa.
Beberapa menyatakan bahwa gangguan pengolahan sensorik adalah diagnosis yang berbeda, sementara yang lain berpendapat bahwa perbedaan dalam respon sensorik fitur diagnosis lainnya. SPD tidak diakui dalam manual medis standar seperti ICD-10 atau DSM- IV-TR.  Panitia yang mempersiapkan DSM-5 telah meminta bahwa penelitian tambahan dilakukan sebelum gangguan tersebut dapat dikenali. Di sisi lain, SPD dalam Stanley Greenspan’s Diagnostic Manual untuk bayi dan Anak Usia Dini dikenal sebagai Gangguan regulasi Pengolahan Sensory dari The Zero to Three’s Diagnostic Classification
SPD sering dikaitkan dengan berbagai neurologis, gangguan kejiwaan, perilaku dan bahasa. Tidak ada obat dikenal, namun terdapat banyak intervensi perawatan yang tersedia


v  Klasifikasi

Awalnya istilah tradisional digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan kesulitan pengolahan sensorik adalah Sensory Integration Dysfunction (SID). Sebuah nosology baru telah diusulkan oleh Lucy J. Miller, Ph.D dengan istilah baru dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman antara Terapis Kerja dan profesional lainnya yang sering mengalami  SID dan dokter dan profesional kesehatan lainnya yang mendekati disfungsi integrasi sensorik lebih dari sekedar neurobiologis.
Pemahaman ini sangat penting karena dokter bertanggung jawab untuk mendiagnosis SPD, yang merupakan langkah penting dalam mengakses penggantian (akhirnya dari perusahaan asuransi) untuk layanan profesional untuk mengobati SPD. Disfungsi Pengolahan sensorik sekarang sedang digunakan sebagai istilah payung global yang mencakup semua bentuk gangguan ini, termasuk tiga kelompok diagnostik utama:
Ø  Type I – Sensory Modulation Disorder Respon yang berlebihan atau sebaliknya kurang dalam menanggapi rangsangan sensorik atau mencari rangsangan sensorik. Kelompok ini mungkin termasuk takut pola atau cemas, negatif atau perilaku keras kepala, egois perilaku yang sulit untuk terlibat atau kreatif atau aktif mencari sensasi.
Ø  Type II – Sensory Based Motor Disorder Menunjukkan output motor yang teratur sebagai hasil dari pengolahan yang salah dari informasi sensorik yang mempengaruhi tantangan kontrol postural atau dyspraxia
Ø  Type III – Sensory Discrimination Disorder  Diskriminasi Sensory atau pengolahan yang salah dalam menerimas informasi sensorik. Salah pengolahan input visual atau auditori, misalnya, dapat dilihat dalam inattentiveness, disorganisasi dan kinerja sekolah yang buruk
v  Sensori integrasi
Sensori integrasi sendiri adalah sebuah proses otak alamiah yang tidak disadari. Dalam proses ini informasi dari seluruh indera akan dikelola kemudia diberi arti lalu disaring, mana yang penting dan mana yang diacuhkan. Proses ini memungkinkan kita untuk berprilaku sesuai dengan pengalaman dan merupakan dasar bagi kemampuan akademik dan prilaku sosial.
Sensori integrasi merupakan teori dan metode yang membantu memberikan penjelasan pada beberapa prilaku yang dimunculkan pada anak berkebutuhan khusus berhubungan dengan permasalahan proses sensori yang terjadi. Serta memberikan strategi penanganan yang dapat dilakukan di pusat terapi, rumah dan sekolah secara tepat.
Setiap detik, menit dan jam tak terhitung berapa banyak informasi sensori yang masuk kedalam tubuh manusia seperti aliran air sungai yang tak hentinya. Tidak hanya dari telinga dan mata, tapi dari seluruh bagian tubuh. Sang anak harus mampu untuk mengatur seluruh sensori tersebut jika seseorang ingin bergerak, belajar dan berprilaku. Sensori tersebut memberikan informasi tentang kondisi fisik tubuh dan lingkungan disekitar.
Kesulitan belajar yang disebabkan masalah pada sensori integrasi membuat sang siswa kesulitan mengatur informasi yang masuk yang membuatnya sulit untuk berkonsentrasi dan menyerap materi pelajaran. Sehingga memunculkan beberapa prilaku yang bersifat spesifik terhadap masalah pengintegrasian sensorinya.
Berdasarkan teori bahwa proses pengintegrasian sensori berada di otak yang mengatur jalur informasi sensori yang kemudian diproses hingga akhirnya menjadi respon atas situasi yang terjadi di lingkungan. Sensori Integrasi dalam hal ini berperan menemukan jawaban kesulitan sang siswa selama proses belajar di sekolah yang berhubungan dengan masalah pada proses sensori. Penanganan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan karakteristik dan keunikan yang dimiliki dengan masalah yang saat ini dihadapi.
Ada 7 sistem indera yang menjadi perhatian dalam Sensori integrasi yakni, pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman, taktil (perabaan) , vestibular (kesigapan tubuh), dan proprioseptif (posisi dalam ruang).
Ø  Organ vestibular terletak di mata, kanal dalam telinga, dan otak kecil. Fungsinya sebagai pengatur informasi dan pengatur kesigapan dan keseimbangan gerak tubuh. Bila organ ini bekerja baik, kita dapat dengan mudah mengatur gerak tubuh ke arah atas-bawah, kanan-kiri, depan-belakang dan membedakannya dengan baik.
Ø  Sistem proprioseptif adalah otot, sendi, dan ligamen. Sistem indera ini juga membantu kita dalam bergerak dan menyesuaikan posisi di dalam ruang.
Proses sensori integrasi terjadi secara bertahap, kegagalan di satu tahap akan berpengaruh pada tahap berikutnya. Anak yang optimal dalam proses sensori integrasi akan memiliki kemampuan komunikasi, kemampuan mengatur, harga diri, kepercayaan diri, kemampuan akademik, kemampuan berfikir abstrak dan penalaran, serta spesialisasi setiap sisi tubuh dan otak. Hasil akhir proses sensrori integrasi tersebut baru tercapai saat anak mulai usia SD.
E.     Gejala Gangguan Proses Sensoris (Sensory Processing Disorders)
Sensorik penciuman Input yang didapatkan berasal dari aroma atau bau yang tercium Gangguan sensorik penciuman di antaranya adalah:
Ø  Reaksi berlebihan terhadap bau tertentu seperti bau kamar mandi atau peralatan kebersihan
Ø  Menolak masuk ke suatu lingkungan karena tidak menyukai baunya
Ø  Tidak menyukai makanan hanya karena baunya
Ø  Selalu menciumi barang-barang atau orang disekitarnya
Ø  Sulit membedakan bau.

Sensorik penglihatan Input yang didapatkan berupa warna, cahaya dan gerakan yang ditangkap oleh mata. Gangguan sensorik penglihatan di antaranya adalah:
Ø  Menangis atau menutup mata karena terlalu terang karena ia terlalu peka dengan sinar terang
Ø  Mudah teralih oleh stimulus penglihatan dari luar
Ø  Senang bermain dalam suasana gelap
Ø  Sulit membedakan warna, bentuk dan ukuran
Ø  Menulis naik turun di kertas tanpa garis.




Sensorik pengecapan Inputnya didapatkan dari semua hal yang masuk ke mulut dan juga lidah. Gangguan sensorik pengecapan di antaranya adalah:
Ø  Suka memilih-milih makanan (picky eater), menolak mencoba makanan baru sehingga lebih senang dengan makanan yang itu-itu saja
Ø  Tidak suka atau menolak untuk sikat gigi
Ø  Suka mengemut makanan karena ada kesulitan dengan mengunyah, menghisap dan menelan
Ø  Mengiler
Ø   Sering memasukkan barang-barang ke mulut.
Sensorik propioseptif (gerak antar sendi)Input yang didapatkan berupa gerakan otot dan sendi, akibat adanya tekanan sendi atau gerakan tubuh. Gangguan sensorik propioseptif di antaranya adalah:
Ø  Sering menabrak atau menendang sesuatu
Ø  Menggigit atau menghisap jari
Ø  Memukul
Ø  Menggosokkan tangan pada meja
Ø  Tidak bisa diam
Ø  Kesulitan dalam naik turun tangga
Ø  Kurang keras atau terlalu keras memegang pensil
Ø  Cenderung ceroboh
Ø  Menggunakan tenaga berlebihan dalam mengangkat
Ø  Postur yang kurang baik
Ø  Menyandarkan kepala pada lengan ketika sedang belajar
Ø  Senang aktivitas lompat-lompat
Ø  Suka menabrakkan atau menjatuhkan badan ke kasur atau orang lain
Ø  Sering terserimpet kaki sendiri atau benda sekitar
Ø  Sering menggertak gigi
Ø  Pensil patah saat menulis karena terlalu kuat memberikan tekanan
Ø  Terlihat melakukan segala sesuatu dengan kekuatan panuh.
Sensorik vestibular (keseimbangan) Input yang didapatkan dari organ keseimbangan yang berada di telinga tengah atau perubahan gravitasi, pengalaman gerak dan posisi di dalam ruang. Gangguan sensorik vestibular di antaranya adalah:
Ø  Bersikap terlalu waspada atau cenderung ketakutan
Ø  Tidak menyukai aktifitas-aktifitas di tempat bermain seperti berayun dan berputar
Ø  Tidak bisa naik sepeda
Ø  Takut naik tangga
Ø  Selalu berputar-putar
Ø  Meloncat-loncat
Ø  Berayun sangat cepat dan waktu yang lama
Ø  Mudah jatuh
Ø  Menghindari mainan ayunan, naik turun tangga dan perosotan
Ø  Tidak suka atau menghindari naik eskalator
Ø  Takut dengan ketinggian
Ø  Senang diayun sampai tinggi
Ø  Senang dilempar ke udara.
Sensorik perabaan Input yang didapatkan berasal dari reseptor di kulit yang bisa berupa sentuhan, tekanan, suhu, rasa sakit dan gerakan bulu-bulu atau rambut. Gangguan  sensorik perabaan di antaranya adalah:
Ø  Tidak suka disentuh/dipeluk
Ø  Sering marah bila dalam kerumunan dan cenderung mengisolir diri dari orang lain
Ø  Tidak merasakan rasa sakit
Ø  Tidak suka bila dipotong kukunya
Ø  Berjalan berjinjit
Ø  Tidak mau menggosok gigi
Ø  Menyukai makanan dengan tekstur tertentu
Ø  Tidak mau atau tidak suka disentuh
Ø  Menghindari kerumunan orang
Ø  Tidak menyukai bahan-bahan tertentu
Ø  Tidak suka rambutnya disisir
Ø  Bereaksi berlebihan terhadap luka kecil
Ø  Tidak betah dengan segala hal yang kotor.
Sensorik pendengaran Input yang didapatkan berasal dari suara-suara di luar tubuh Gangguan  sensorik pendengaran di antaranya adalah:
Ø  Mudah teralih perhatiannya ke suara-suara tertentu yang bagi orang lain dapat diabaikan
Ø  Takut mendengar suara air ketika menyiram toilet, suara vaccum cleaner, hair dryer, suara gonggongan anjing dan bahkan suara detik jam
Ø  Menangis atau menjerit berlebihan ketika mendengar suara yang tiba-tiba
Ø  Senang mendengar suara-suara yang terlalu keras
Ø  Sering berbicara sambil berteriak ketika ada suara yang dia tidak sukai.

v  Terapi sensori integrasi didorong oleh empat prinsip utama:
Ø  Harus Berhasil menerima  Tantangan (anak harus dapat berhasil memenuhi tantangan yang disajikan melalui kegiatan playful)
Ø  Adaptive Response (anak menyesuaikan perilakunya dengan strategi baru dan berguna dalam menanggapi tantangan yang disajikan)
Ø  Keterlibatan aktif (anak akan ingin berpartisipasi karena kegiatan yang menyenangkan)
Ø  Anak Disutradarai (preferensi anak digunakan untuk memulai pengalaman terapi dalam sesi).





 III.            PROFIL ANAK
A.       BIODATA
                            I.               Identitas Anak :
1.      Nama                                                   :Nazwa Aliya
2.      Tempat dan tanggal lahir/umur           : Batola, 29 maret 2012
3.      Jenis kelamin                                       : Perempuan
4.      Agama                                                 : Islam
5.      Status anak                                          : Anak Kandung
6.      Anak ke dari jumlah saudara              : Ke 3 dari 3 bersaudara
7.      Nama sekolah                                      : -
8.      Kelas                                                   : -
9.      Alamat                                                            : Komplek Bakti Karya Rt.33 Blok D No.72
  Handil Bakti. Batola

B.       Identitas Orang Tua/Wali
1.      Nama Ayah                                         : Umar Ali
2.      Umur                                                   : 39 tahun
3.      Pendidikan Terakhir                            : S1 PGSD
4.      Pekerjaan                                             : PNS SDN 1 Tarantang
5.      Nama Ibu                                            : Masliani
6.      Umur                                                   : 38 tahun
7.      Pendidikan Terakhir                            : SLTA
8.      Pekerjaan                                             : Ibu Rumah Tangga
10.  Alamat Orang Tua                              : Komplek Bakti Karya Rt.33 Blok D No.72
  Handil Bakti. Batola


11.  Nomer Telp/HP                                   : 0856-5125-3100





B.     Hasil Asesmen
1.      Kemampuan Anak
Dari hasil identifikasi dan asesmen yang saya lakukan dengan alat instrumen telah menghasilkan kemampuan anak sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak diusianya anak sebagai berikut :
1.      Anak dapat berjalan sendiri dengan baik tanpa bantuan dari orang lain
2.      Anak dapat naik sendiri ke atas tempat tidur dengan ketinggian kurang lebih 70 cm
3.      Anak dapat melakukan keseimbangan dengan cukup baik saat berjalan di atas kayu
4.      Anak dapat berdiri dengan satu kaki
5.      Anak dapat makan dan minum sendiri walau berantakan
6.      Anak dapat berjalan mundur beberapa langkah
2.      Hambatan
Dari hasil identifikasi dan asesmen yang saya lakukan  dengan alat instrumen asesor terdapat beberapa hambatan yang dialami anak selama identifikasi dan asesmen berlangsung, berikut hambatan yang dimiliki anak :
1.      Anak mengalami kesulitan melakukan gerakan pukulan yang terfokus pada satu titik walaupun itu besar sekalipun.
C.    Tindak lanjut
1.      Kebutuhan
Dari data yang didapat ada beberapa  yang sangat dibutuhkan anak untuk masa perkembangannya sebgai berikut :
1.      Anak sangat membutuhkan aktifitas yang berhubungan dengan segala aspek kemampuan anak, untuk memaksimalkan dan mengembangkan kemampuan dan kreatifitas anak
2.      Melakukan hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak, demi kelancaran masa belajar sensomotorik anak guna menghindari hal yang tidak diinginkan terhadap anak yang diakibatkan fase perkembangan anak yang tidak sempurna.

2.      Rekomendasi
Diharapkan kepada orangtua anak dalam mengasuh anank untuk melakukan aktifitas yang kebanyakan anak yang aktif dalam melakukan sesuatu yang itu memang dapat dilakukan oleh anak, jangan terlalu banyak membantu anak, demi kesempurnaan fese perkembangan dan pertumbuhan anak yang berlangsung agar kebutuhan pembelajaran motorik halus dan kasar anak dapt terpenuhi.
D.    Program Pembelajaran Individual
                     I.            Identitas
Nama                    :  Nazwa Aliya
Usia                      :  2 Tahun 3 Bulan
Mata Pelajaran     :  Pertumbuhan, Perkembangan dan Perkembangan Motorik kasar
Aspek                   :  Sensomotorik
Waktu                  :   2 x 30 menit
Media                   :   Tongkat, boneka atau patung

                  II.            Tujuan Pembelajaran
3.      Tujuan Jangka Panjang
Aspek sesomotorik : anak memiliki keterampilan sensomotorik melalui kemampuan memukul benda untuk kelancaran motorik kasar anak

4.      Tujuan Jangka Pendek
a.       Kemampuan menggunakan alat pukul
5.      Dapat memegang tongkat pemukul dengan benar
6.      Dapat mengatur tangan dan fokus saat anak melakukan pukulan terhadap suatu benda.
b.      Kemampuan membedakan ukuran suatu benda
-          Dapat mengetahui besar kecilnya suatu benda yang ada di sekitarnya
c.       Kemampuan mengarahkan dan fokus terhadap benda
-          Dapat memukul benda besar yang ada di depannya
-          Dapat memukul benda kecil yang ada di depannya
-          Dapat memukul benda dengan kedua tangan
-          Dapat memukul benda dengan satu tangan
               III.            Materi Pengajaran
-          Memperkenalkan alat pukul
-          Memperkenalkan cara memukul benda dengan benar
-          Memperkenalkan cara mengarahkan tangan kea rah objek yang ingin dipukul  saat memukul
-          Memperkenalkan cara memukul dengan dua tangan
-          Memperkenalkan cara memukul dengan satu tangan

               IV.            Kegiatan Pembelajaran
A.    Pendahuluan
-          Guru mengucapkan salam
-          Guru menyebutkan materi pembelajaran kepada peserta didik
-          Guru member tahu manfaat mempelajari materi pembelajaran kepada peserta didik
-          Guru memberikan motivasi kepada peserta didik
-          Guru mempersiapkan alat untuk pembelajaran (alat pukul,boneka atau patung)

B.     Inti
-          Guru menyebutkan bagian-bagian dari alat pukul
-          Guru memberi contoh cara menggunakan alat pukul
-          Guru membimbing peserta didik menggunakan alat pukul
-          Guru meletakan objek pukul ( Boneka dan Patung) di dua tempat yang berbeda
-          Guru memberi contoh mengarahkan alat pukul (tongkat) ke arah boneka dan patung
-          Guru membimbing peserta didik memukul objek
-          Guru memberi contoh memukul objek dari samping
-          Guru membantu anak memukul objek dari samping
-          Guru member contoh memukul objek dari atas
-          Guru membimbinng anak memukul benda dari atas
C.     Evaluasi
-          Guru memberikan latihan kepada peserta didik mengarahkan arah pukulan dengan tepat ke objek yang ingin dipukul
-          Guru meletakan benda yang jadi objek pukul di beberapa tempat dan memerintahkan kepada peserta didik untuk memukul kesemua benda tersebut

D.    Penutup
-          Guru membuat kesimpulan bersama peserta didik dari segala penjelasan.
-          Guru menutup kegiatan pembelajaran.
             














BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Menurut pandangan para ahli biologi “pertumbuhan” diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau pikiran dimensif dari pada tubuh dan bagian-bagiannya. Sedangka kata “perkembangan” dimaksudkan untuk menunjukan perubahan-perubahan dalam bentuk/bagian tubuh dan integrasi ke dalam suatu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung.
Definisi Sensomotorik : Adanya suatu rangsangan (inout) pada sensori atau pancaindera yang di informasikan ke kortex (otak tengah) lalu di olah oleh Hemisphere atau otak besar dan disalurkan ke otot sebagai output atau raksi manusia.
Penderita gangguan Sensory processing disorder atau disingkat SPD mempunyai manifestasi tidak merespon terhadap rangsang dari sekitarnya dengan wajar. Misalnya anak yang sangat tidak suka dengan bunyi-bunyian yang menurutnya terlalu keras atau tidak tahan dengan tekstur tertentu atau sebaliknya tidak pernah merasa capek dan sakit.
Ada 7 sistem indera yang menjadi perhatian dalam Sensori integrasi yakni, pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman, taktil (perabaan) , vestibular (kesigapan tubuh), dan proprioseptif (posisi dalam ruang).
Ø  Organ vestibular terletak di mata, kanal dalam telinga, dan otak kecil. Fungsinya sebagai pengatur informasi dan pengatur kesigapan dan keseimbangan gerak tubuh. Bila organ ini bekerja baik, kita dapat dengan mudah mengatur gerak tubuh ke arah atas-bawah, kanan-kiri, depan-belakang dan membedakannya dengan baik.
Ø  Sistem proprioseptif adalah otot, sendi, dan ligamen. Sistem indera ini juga membantu kita dalam bergerak dan menyesuaikan posisi di dalam ruang.





























DAFTAR PUSTAKA
Ben-Sasson A, Hen L, Fluss R, Cermak SA, Engel-Yeger B, Gal E (2008). “A Meta-Analysis Of Sensory Modulation Symptoms In Individuals With Autism Spectrum Disorders”. "J Autism Dev Disord" *39* (1): 1–11.
Brown S, Shankar R, Smith K, et al. Sensory Processing Disorder In Mental Health. Occupational Therapy News 2006; May:28-29.
Effendi, Usman dan Juhaya.1989. Pengantar Psikologi. Bandung. Angkasa.
Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi umum. Bandung. CV Pustaka Setia.
Harriet G. William. 1983. Perceptual And Motor Development. WSA: Prentiee-Hall, Inc.
Hembing Wijayakusuma. 2004. Psikoterapi Anak Autism. Jakarta: Pustaka Popular Obor.
Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabet. Terjemahan Psikologi Perkembangan Edisi 5.Jakarta: Erlangga.
Husdarta. Kusmaedi, Nurlan. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Joanne Flanagan (2009). “Sensory Processing Disorder
Natalie Russo et al. Multisensory Processing In Children With Autism: High-Density Electrical Mapping Of Auditory-Somatosensory Integration. Autism Research, August 17, 2010
Ratih Zimmer Gandasetiawan. 2009. Mendesain Karakter Anak Melalui Sensomotorik. Jakarta: Libri
Ratih Zimmer Gandasetiawan. 2009. Mengoptimalkan IQ & EQ Anak Melalui Metode Sensomotorik. Jakarta. Libri
Rumini,Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak Dan Remaja.Jakarta: PT. Asdi Mahatsya.
Salim, Abdul. 2007. Pediatri. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung. CV Pustaka Setia.
Widyastuti, Danis dan Retna Widyari. 2001. Perkembangan Anak 0-1 Tahun. Jakarta: Puspa Suara.


























LAMPIRAN
*      IDENTIFIKASI

I.     PROFIL

      II.            Identitas Anak :
1.      Nama                                                   :NAzwa Aliya
2.      Tempat dan tanggal lahir/umur           : Batola, 29 maret 2012
3.      Jenis kelamin                                       : Perempuan
4.      Agama                                                 : Islam
5.      Status anak                                          : Anak Kandung
6.      Anak ke dari jumlah saudara              : Ke 3 dari 3 bersaudara
7.      Nama sekolah                                      : -
8.      Kelas                                                   : -
9.      Alamat                                                            : Komplek Bakti Karya Rt.33 Blok D No.72
  Handil Bakti. Batola
C.        Riwayat Kelahiran :
1.      Perkembangan masa kehamilan                    : Baik
2.      Penyakit pada masa kehamilan                     : Tidak Ada
3.      Usia kandungan                                            : 9 Bulan
4.      Riwayat proses kelahiran                              :
5.      Tempat kelahiran                                           : RS Suaka Insan
6.      Penolong proses kelahiran                             : Dokter
7.      Gangguan pada saat bayi lahir                      : -
8.      Berat bayi                                                      : 3,2 Kg
9.      Panjang bayi                                                  : 52cm
10.  Tanda-tanda kelainan pada bayi                   : Tidak Ada

C.   Perkembangan Masa Balita :
1.          Menetek ibunya hingga umur                     : 1,8 bulan
2.          Minum susu kaleng hingga umur                : Sekarang
3.          Imunisasi (lengkap/tidak)                            : Lengkap
4.          Pemeriksaan/penimbangan rutin/tdk           : Rutin
5.          Kualitas makanan                                        : Baik
6.          Kuantitas makan                                         : Baik
7.          Kesulitan makan (ya/tidak)                         : Tidak

D.  Perkembangan Fisik :
1.          Dapat berdiri pada umur                               : 1 tahun
2.          Dapat berjalan pada umur                             : 1 tahun 1 minggu
3.          Naik sepeda roda tiga pada umur                 : -
4.          Naik sepeda roda dua pada umur                 : Belum bisa
5.          Bicara dengan kalimat lengkap                     : -
6.          Kesulitan gerakan yang dialami                    : Tidak ada
7.          Status Gizi Balita (baik/kurang)                    : Baik
8.          Riwayat kesehatan (baik/kurang)                  : Baik
9.          Penggunaan tangan dominan                        : Tangan kanan


Nama Orang Tua      : Masliani
Alamat                        : Komplek Bakti Karya Rt.33 Blok D No.72 Handil Bakti-Batola
Tanggal                      : 29 Maret 2012
Nomer Telepon          : 0856-5125-3100



Teks Wawancara      :
No.
Pertanyaan
Deskripsi
1.
Bagaimana keseharian anak di rumah ?

Sering bermain sendiri, nonton TV susuah untuk di ajak tidur siang
2.
Bagaimana gambaran sikap yang ditunjukkan anak saat berada di lingkungan yang baru dikenalnya ?
Diam, melihat lihat ke segala arah di sekitarnya, dan bertanya kepada orang tuanya jika dia melihat orang yang tidak dikenalnya
3.
Bagaimana interaksi/komunikasi antar bpak/ibu terhadap anak ?
Anak sering berjalan – jalan sendiri di sekitar rumah dan aktif dalam berbicara
4.
Bagaimana perkembangan anak sejauh ini ?
Anak selalu aktif dengan aktivitasnya
5.
Bagaimana pertumbuhan anak sejauh ini ?
Proses penambahan berat badan dan tinggi anak baik
6.
Sejauh ini apakah ada perkembangan atau pertumbuhan yang terlewati/terhambat ?
Tidak ada satupun fase perkembangan yang terlewati
7.
Sampai sejauh ini, apakah bpak/ibu rutin memberikan imunisai kepada anak ?
Orang tua anak secara rutin memberikan imunisasi kepada anaknya
8.
Apakah anak pernah mengalami sakit yang menyebabkan anak harus di opname ?
Belum pernah
9.
Dalam berbagai aktivitas, apakah  anak banyak diberikan bantuan ?
Hanya dalam beberapa aktifitas, dan jarang untuk meminta bantuan.



*      ASESMEN
KISI-KISI INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ANAK USIA 3,5 TAHUN
Keterampilan
Sub Keterampilan
Indikator
Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Usia 3,5 Tahun
Perkembangan dan Pertumbuhan Fisik
1. Organ Tubuh
Perkembangan Motorik
1. Motorik Halus
2. Motorik Kasar
Perkembangan Bahasa
1. Keterampilan anak dalam
    menyampaikan (ekspresi)
    bahasa dan komunikasinya.
Perkembangan Sosial Emosi
1. Adaptasi
2. Interaksi dan komunikasi
3. Perilaku Agresif (marah)
    dan Perilaku Impulsive








BUTIR-BUTIR INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ANAK USIA 1,2 TAHUN
Indikator
Butir Instrumen
Penilaian
Deskripsi

K
C
SB

Organ Tubuh
1.    Memiliki berat badan yang sesuai dengan usia anak




2.    Memiliki tinggi badan yang sesuai dengan usia anak




3.    Memiliki lingkar kepala yang sesuai dengan usia anak




4.    Tumbuhnya gigi seri pada anak



Tumbuh diusia ± 1,5 tahun

5.    Tumbuhnya gigi graham pada anak


Tumbuh diusia ± 2,5 tahun

Motorik Halus
1.    Anak diminta menggenggam alat pukul tongkat


Dapat memegang tongkat namun kurang erat

Motorik Kasar
1.    Anak diminta berdiri dengan satu kaki




2.    Anak diminta berdiri diatas selembar papan




2.    Anak diminta duduk di kursi





3.    Anak diminta duduk di atas sepeda motor




4.    Anak diminta menendang bola kedepan




Anak diminta menendang bola kebelakang


Anak masih kebingungan katika mendengar instruksi


Keterampilan anak dalam menyampaikan (ekspresi) bahasa dan komunikasinya
3.    Anak diminta menendang bola sambil berlari


Sering tidak mengenai bola saat menendang

4.    Anak diminta melompat dengan kedua kaki




Anak diminta melompat dengan satu kaki




5.    Anak diminta memanjat ke bidang yang miring




6.    Anak diminta melempar bola tenis dengan kedua tangan




7.    Anak diminta melempar bola tenis dengan satu tangan




8.    Anak diminta menangkap bola tenis dengan kedua tangan




9.    Anak diminta menangkap bola tenis dengan satu tangan


Ada usaha dari anak untuk menangkap namun terlepas dari tangan anak

10.                Anak diminta menyebutkan namanya




11.    Anak diminta menyebutkan nama saudaranya




12.    Anak diminta menyebutkan nama orang tuanya




13.    Anak diminta menirukan suara hewan “kucing”




14.    Anak diminta menirukan suara hewan “ayam”




15.  Anak dapat menerima kedatangan orang yang baru dikenalnya




Adaptasi
Interaksi dan komunikasi
1.    Anak dapat langsung bermain dengan orang yang baru dikenalnya




2.    Anak dapat mengekspresikan dirinya saat berkumpul dengan keluarganya atau orang lain




3.    Anak mau berbagi dengan temannya




4.    Anak berbicara dengan dengan sopan




5.    Anak dapat mengajak temannya bermain bersama




1.    Anak mampu menahan amarahnya ketika tidak diperbolehkan bermain




Perilaku Agresif (marah) dan Perilaku Impulsive
16.                Anak mampu tidak merebut mainan dari temannya





17.                Anak mampu menahan amarahnya ketika apa yang diinginkannya tidak dipenuhi


Anak menangis saat anak apa yang diinginkannya tidak dipenuhi

2.    Anak dapat menunggu giliran dengan baik









Keterangan      :
K         : Kurang
C         : Cukup
SB       : Sangat Baik





*      SKALA PENILAIAN GANGGUAN SENSORY
SKALA PENELIAIAN GANGGUAN SENSORY
Sistem Indera Taktil (Peraba dan Perasa)
Aspek Sensory

Tidak Ada
Kadang Kadang
Ada
Ada
1.      Sulit untuk di peluk, menolak atau bahkan memukul
2.      Menolak di sentuh
3.      Minta di belai atau di usap
4.      Sulit makan, karena sulit menelan
5.      Sering memuntahkan makanan
6.      Tidak mau mencicipi makanan yang tidak dikenal
7.      Sering merasa jijik dengan benda yang kental dan licin
8.      Disorientasi ( sulit / sering kebingungan dengan tempat yang baru di kunjungia
9.      Takut mencoba
10.  Sering merusak benda-benda di sekitarnya atau mainan nya sendiri
11.  Sulit mengontrol diri di tengan orang banyak
12.  Pasif
13.  Suka makanan yang panas
14.  Sulit tidur di permukaan yang kasar
15.  Suka di tempat yang sejuk
16.  Takut kepada orang yang baru di kenal
0

0
0

0
0


0
0








0
0





1








1



1






















2





2

2
2


Skala Penghitungan : 0 untuk Tidak ada
                                    1 untuk Kadang-kadang ada
                                    2 untuk ada

Sistem Indera Vestibular (Keseimbangan Tubuh)
Aspek Sensory
Tidak Ada
Kadang-Kadang
Ada
Ada
1.      Anak menjadi hiperaktif
2.      Anak gelisah atau tidak bisa diam duduk dikursi
3.      Sering tampak murung
4.      Sulit konsentrasi di ajak berteman
5.      Sulit bermain dengan tenang
6.      Tidak bisa diganggu saat bermain
7.      Suka bermain sendiri
8.      Mengoceh sendiri
9.      Sulit tertawa
10.  Cenderung ketakutan
11.  Takut naik tangga
12.  Mudah jatuh
13.  Takut ketinggian
14.  Tidak suka atau menghindari naik eskalator



0





0


0

0


1

1


1
1

1
1




2




2
2






2

Skala Penghitungan : 0 untuk Tidak ada
                                    1 untuk Kadang-kadang ada
                                    2 untuk ada

Sistem Indera Proprioseptif (Gerakan Tubuh)
Aspek Sensory
Tidak Ada
Kadang-Kadang
Ada
Ada
1.      Sering mematahkan alat tulis
2.      Menekan pensil terlalu keras atau terlalu lemah saat menulis
3.      Tidak dapat duduk dengan rapi dan tenang
4.      Selalu mengganggu teman disebelahnya
5.      Sering menjatuhkan benda-benda di sekitarnya
6.      Senang mendorong atau menarik meja
7.      Sering menabrak atau menendang sesuatu
8.      Menggigit atau menghisap jari
9.      Senang aktivitas melompat-lompat
10.  Menggunakan tenaga berlebihan saat mengangkat


0



0


0












1




1

1
1
2



2












Skala Penghitungan : 0 untuk Tidak ada
                                    1 untuk Kadang-kadang ada
                                    2 untuk ada

No comments:

Post a Comment